SinarPost.com – Tiga tentara Amerika Serikat (AS) tewas dan 25 lainnya terluka dalam serangan drone di sebuah pangkalan militer di Yordania dekat perbatasan Suriah. Insiden mematikan bagi tentara AS di Timur Tengah ini terjadi pada Minggu (28/1/2014) malam waktu setempat.
Melansir dari Al-Jazeera, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa ketiga anggota militer tersebut tewas dalam serangan pesawat tak berawak yang ditempatkan di sebuah pangkalan militer timur laut Yordania.
Namun Jordan TV, lembaga penyiaran publik kerajaan, mengutip juru bicara pemerintah menyampaikan bahwa serangan yang menewaskan tiga anggota militer AS menargetkan pangkalan al-Tanf di wilayah Suriah. “Pangkalan itu berada di luar perbatasan kami,” kata juru bicara Yordania.
Presiden AS langsung menyalahkan kelompok militan yang didukung Iran sebagai pelakunya, dan berjanji akan memberikan respon balasan terhadap pelakunya.
“Meskipun kami masih mengumpulkan fakta-fakta serangan ini, kami tahu bahwa serangan itu dilakukan oleh kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak,” kata Presiden Joe Biden.
“Jangan ragu – kami akan meminta pertanggungjawaban semua pihak pada waktu dan cara yang kami pilih,” kata Biden.
Seorang pejabat AS secara anonim mengatakan bahwa dia memandang insiden tersebut sebagai eskalasi yang sangat serius atas apa yang telah terjadi di sisi perbatasan Yordania dengan Suriah.
Dia mengatakan berdasarkan perkiraan jumlah korban luka akan meningkat, dimana sejauh ini 25 tentara terkonfirmasi terluka. “Beberapa dari mereka dievakuasi keluar daerah tersebut ke fasilitas medis yang lebih baik. Itu menunjukkan bahwa mereka terluka cukup serius,” ujarnya sebagaimana dilansir Al-Jazeera.
Tom Cotton, seorang tokoh Partai Republik yang berhaluan keras, menyerukan tindakan pembalasan tegas terhadap pembunuhan tiga anggota militer AS tersebut.
“Satu-satunya jawaban terhadap serangan-serangan ini adalah pembalasan militer yang dahsyat terhadap pasukan teroris Iran, baik di Iran maupun di Timur Tengah. Apa pun yang kurang dari itu akan menegaskan Joe Biden sebagai seorang pengecut yang tidak layak menjadi panglima tertinggi,” kata Cotton dalam sebuah pernyataan.
Masih belum jelas siapa sebenarnya yang berada di balik serangan itu, namun kelompok-kelompok militan Irak dan Suriah yang terkait dengan Iran telah menargetkan pasukan AS berulang kali dengan serangan roket dan pesawat tak berawak.
Perlawanan Islam di Irak – sebuah koalisi faksi bersenjata yang bersekutu dengan Iran – mengatakan mereka menyerang tiga pangkalan AS di Suriah. Kelompok Irak sering mengatakan bahwa serangan mereka terhadap pasukan AS adalah respons terhadap pembantaian Israel yang didukung AS di Gaza.
Gedung Putih telah berusaha untuk menutupi apa yang terjadi di Timur Tengah meskipun telah mengalami lebih dari 150 serangan rudal dan drone terhadap prajurit AS di wilayah tersebut sejak 7 Oktober 2023 lalu.