SinarPost.com, Banda Aceh – Indonesia memiliki ratusan ribu personil TNI aktif yang bertugas mengamankan keutuhan dan kedaulatan negara. Namun tidak semua dari mereka memiliki kesempatan menjadi anggota Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Paspampres adalah satuan pelaksana di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas khusus mengamankan Presiden dan Wakil Presiden dari jarak dekat. Paspampres terdiri dari pasukan pilihan yang dipilih dari satuan khusus yang dimiliki oleh tiga matra TNI (AD, AL dan AU) seperti Kopassus, Raider, Kostrad, Marinir, Yontaifib, Denjaka, Kopaska, Kopaskhas, dan Denbravo 90.
Menjadi Paspampres bukanlah hal mudah, setiap mereka dipilih dari yang terbaik dari segi mental, inteligensi, fisik, keahlian menembak, dan lain sebagainya. Mereka bertugas menjaga keamanan Presiden Republik Indonesia beserta keluarga.
Sesuai namanya, Paspampres punya keunggulan hebat dan disegani hingga ke luar negeri. Pasukan ini punya tugas utama mengawal orang nomor satu di Indonesia. Dengan seperangkat kemampuan dan keahlian khusus, mereka dilatih untuk menghalau segala ancaman fisik maupun non-fisik terhadap orang yang paling penting di Indonesia, yakni Presiden dan Wakil Presiden RI.
Paspampres bertugas melaksanakan pengamanan fisik langsung Presiden dan Wakil Presiden dari jarak dekat setiap saat dan di mana pun berada. Bagi Paspampres, dimana pun Presiden berada adalah istana. Mereka adalah pihak pertama yang bertanggung jawab menjamin keselamatan Presiden dari setiap bahaya yang datang. Bisa dibayangkan betapa beratnya tugas anggota Paspampres. Bila sedikit lengah dan membiarkan hal-hal buruk terjadi tentu akan sangat fatal buat negara dan rakyat.
Salah satu putra Aceh yang berhasil tembus dalam satuan Paspampres adalah Asnawi. Dia merupakan putra asli Aceh kelahiran Laweung, Pidie, yang menjadi anggota Paspampres sejak 2013 silam. Beberapa hari lalu, ia turut mendapat tugas mengawal Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Aceh.
Kepada SinarPost.com, Asnawi mengaku, menjadi Paspampres adalah sebuah kehormatan karena dapat mengawal langsung orang nomor satu di Indonesia. Pada dasarnya ia tidak terpikir akan masuk dalam satuan Paspampres, pasalnya meski berada dalam satuan pasukan elite TNI, menjadi Paspampres harus melewati sejumlah persyaratan dan kualifikasi tertentu. Tidak mudah tentunya.
“Alhamdulillah sejak 2013 sampai sekarang saya masih diberi kesempatan mengawal Presiden, orang nomor satu di Indonesia. Ini sebuah kehormatan bagi saya,” ujar pria kelahiran Laweung 1989 ini.
Asnawi memulai karir di dunia militer sejak tahun 2008 kala lulus Sekolah Calon Bintara Pajurit Karier TNI-AD (Secaba PK). Setelah keluar pendidikan pada Maret 2009 kemudian Asnawi masuk pendidikan lanjutan kecabangan infanteri di Tiro sampai Agustus 2009.
Selanjutnya, pada tahun yang sama ia ditarik ke Kostrad Divisi 1 Cilodong. Kemudian tahun 2010 dipindah ke Kostrad Divisi 2 Malang, sampai bertugas di Batalyon Linud 502/UY atau nama sekarang dikenal sebagai Yonif Para Raider 502/UY.
Pada tahun 2011, Asnawi lulus seleksi berangkat tugas ke Lebanon sebagai pasukan UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) bergabung di Kontingen Indobatt XXIII-F. Setahun bertugas di negara yang pernah terlibat perang besar dengan Israel itu, Asnawi kembali ke tanah air.
Kemudian pada awal 2013 ia dapat perintah untuk seleksi Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dan dinyatakan lulus dengan bergabung di Grup A Paspampres sampai hari ini.
Berasal dari Laweung (sebuah kecamatan di pedalaman Kabupaten Pidie), dari keluarga sederhana, menjadi Paspampres tentu sebuah prestasi dan kebanggaan. Tidak semua orang punya kesempatan mengawal orang nomor satu di Republik ini. Apalagi seleksinya tidaklah mudah.