SinarPost.com – Dalam sepekan terakhir peristiwa banjir melanda beberapa wilayah di Indonesia. Belum benar-benar surut banjir besar di Kota Medan, Sumatera Utara, banjir kemudian juga menerjang Kabupaten Aceh Timur dan Aceh Utara di Provinsi Aceh.
Di Medan, banjir menelan 5 korban jiwa, sementara di Aceh Timur dan Aceh Utara masing-masing satu korban jiwa. Kabupaten Aceh Utara nyaris lumpuh total selama dua hari, karena hampir semua kecamatan di wilayah itu diterjang banjir, tak kecuali Ibu Kota Lhoksukon dan jalan lintas Sumatera yang menghubungkan Banda Aceh – Medan.
Banjir merupakan salah satu bentuk musibah atau bencana yang dihadapi umat manusia. Setiap musibah seperti banjir dan lain sebagainya adalah ketetapan Allah SWT (sunnatullah), meski terkadang ada campur tangan manusia akibat kerusakan yang dibuatnya.
Misalnya banjir, yang terjadi karena hutan sudah gundul akibat penebangan ilegal. Meski terkadang banjir datang akibat kerusakan yang dibuat manusia, namun kala banjir menerjang, menyalahkan juga bukanlah solusi. Namun yang harus kita lakukan adalah introspeksi seraya bermunajat, memohon kepada Allah agar musibah cepat berlalu.
Cara Menyikapi Musibah
Ada tiga model orang dalam menyikapi musibah. Ada yang menganggap musibah sebagai hukuman dan azab, ada yang menilai musibah cara Allah menghapus dosa, dan terakhir menganggap musibah sebagai ajang memperteguh keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Dalam Islam, musibah biasanya dimaknai sebagai ujian karena itu bentuk ketetapan Allah SWT, meski terkadang musibah juga terjadi karena ulah manusia itu sendiri.
Dalam Al-Qur’an, Allah sudah sangat jelas menyebut tentang penyebab terjadinya bencana alam yang satu ini. Cara mengatasinya pun juga telah dijelaskan Al-Qur’an, yaitu tidak melakukan kerusakan di bumi.
Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan,” (QS. Al-A’raf : 56).
Meski dalam ayat tersebut Allah tidak menyebut langsung tentang banjir, namun Allah dengan tegas melarang kita melakukan kerusakan di bumi, yang sekarang diakui bisa mendatangkan banjir. Para pakar kontemporer mengakui hal ini bahwa salah satu penyebab banjir karena ulah manusia yang merusak hutan.
Bila banjir terjadi akibat ulah manusia yang merusak hutan, maka jadikan musibah banjir hari ini sebagai pelajaran dan jangan lagi menebang hutan esoknya. Jangan sampai keserakahan kita mengundang malapetaka yang menghancurkan sendi kehidupan masyarakat banyak. Dalam hal ini, Pemerintah dan masyarakat harus aktif mengontrol terjaganya kelestarian hutan.
Kemudian yang harus kita lakukan saat banjir melanda tentu saja menyelamatkan diri dan barang berharga, bersabar dan menyerahkan semua yang terjadi kepada Allah. Karena memang musibah adalah ujian dari Allah SWT.
“Dan pasti akan kami uji kalian dengan sesuatu dari ketakutan, dan kelaparan, dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar”. (Q.S Al-Baqarah ayat 155)
Ayat ini secara jelas menerangkan bahwa ada beberapa bentuk musibah atau ujian yang datang dari Allah, seperti ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa, hingga buah-buahan (tanaman). Ujian ini semua bisa datang lewat musibah kebakaran, banjir, gempa bumi dan lain sebagainya.
Ayat tersebut juga menekankan bahwa cara menyikapi musibah termasuk banjir, adalah dengan sabar. Tentu ada rahasia Allah dibalik setiap musibah yang tidak kita ketahui, sehingga Allah menyertakan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.
Kemudian yang harus kita lakukan lagi adalah memperbanyak zikir dan do’a kepada Allah, karena banjir itu bagian dari qadha dan qadar Allah. Do’a dan zikir juga akan memperteguh keimanan kita kepada Allah sehingga dapat mengendalikan situasi yang bisa menimbulkan stres, trauma, putus asa, dan sebagainya.
Bila kita terus meratapi musibah banjir yang merusak ladang-tanaman, merusak persawahan, merusak rumah dan barang-barang berharga, tentu kondisi ini bukan hanya membuat kita stres tapi juga dapat merusak sendi-sendi keimanan dan kesyirikan.
Di sisi lain, kita yang tidak terkena musibah dan punya sedikit kelebihan harta agar dapat membantu saudara-saudara yang terkena musibah. Bila ini kita praktikkan, dimana yang terdampak banjir tetap dalam keteguhan iman dan yang tidak terkena musibah membantu orang-orang terdampak, sungguh kemuliaan dan rahmat Allah akan selalu menyertai kita semua.