SinarPost.com – Hari Valentine (Valentine’s Day) yang diperingati setiap 14 Februari selalu menjadi polemik di negara-negara yang mayoritasnya menganut agama Islam, khususnya di kalangan generasi muda Indonesia.
Bahkan saat ada otoritas di republik ini yang melarang perayaan Hari Valentine, ada sebagian kalangan yang mempertanyakan kebijakan tersebut. Perdebatan masalah ini turut menghiasi berbagai halaman media sosial, terutama Facebook. Bahkan ada yang mencemooh kebijakan pelarangan perayaan Hari Valentine.
Hari Valentine biasa disebut sebagai hari kasih sayang, yang jatuh setiap tanggal 14 Februari. Di tanggal ini, banyak orang mencoba mengungkapkan perasaan dan rasa cinta pada orang terkasih, seperti pacar atau suami/istri.
Momen Hari Valentine pun identik dengan bertukar hadiah atau mengirimkan kartu. Bahkan sebelum Hari Valentine tiba, beragam pernak-pernik berbentuk hati berwarna merah dan pink juga terlihat mendominasi, terutama di mal dan supermarket. Bahkan di pusat perbelanjaan besar ikut menawarkan diskon khusus saat Hari Valentine.
Bagi yang ikut merayakannya, sudah taukah anda apa itu Hari Valentine. Apakah kita umat Islam pantas merayakan Hari Valentine tersebut? Mari kita memahami sejarah dan asal usul Hari Valentine agar kita tidak salah kaprah.
Sejarah Hari Valentine bermula dari Kerajaan Romawi Kuno. Meski ada banyak versi, namun asal usul Hari Valentine tidak lepas dari budaya barat. Jelasnya ‘Hari Kasih Sayang’ ini bukanlah budaya Islam, dan mengandung dimensi kesyirikan.
Sejarah Hari Valentine sejatinya terselubung misteri. Hari Valentine, seperti yang kita kenal sekarang, berisi sisa-sisa tradisi Kristen dan Romawi kuno. Gereja Katolik mengakui setidaknya ada tiga orang kudus yang berbeda bernama Valentine atau Valentinus, yang semuanya dianggap martir. Dalam Gereja Katolik Roma, “Martir” adalah seseorang yang berani berjuang hingga mati demi membela iman dan kepercayaannya terhadap Yesus Kristus.
Dikutip dari Detik.com, berikut beberapa penggal kisah dibalik munculnya Hari Valentine berdasarkan legenda:
Versi Pendeta Valentine vs Claudius II
Sejarah pertama datang dari seorang pendeta dari Roma bernama Valentine, yang memiliki akhir tragis. Legenda ini menceritakan bawah Valentine dipukuli dan berakhir dipancung pada tanggal 14 Februari 278 Masehi. Bentuk eksekusi ini merupakan sebuah hukuman karena pendeta Valentine dianggap menentang kebijakan seorang Kaisar bernama Claudius II.
Berdasarkan sejarah, Claudius II ini dikenal kejam setelah membuat Roma terlibat dalam berbagai pertempuran berdarah. Hal ini agar Roma selalu menang dalam peperangan. Sehingga sang Kaisar harus menunjukkan memiliki tentara yang kuat. Namun hal tersebut ternyata sulit untuk diwujudkan, karena menurut sang Kaisar bala tentaranya enggan pergi ke medan perang karena terikat pada istri atau kekasih mereka. Untuk mengatasinya Claudius II melarang semua bentuk pernikahan serta pertunangan terhadap pemuda Roma.
Sayangnya pendeta Valentine ini menentang kebijakan tersebut, ia secara diam-diam tetap menikahkan pasangan muda. Tindakan ini ketahuan dan pada akhirnya pendeta Valentine ditahan serta dihukum, kemudian tubuhnya dipukul hingga dipancung. Hukuman ini menjadikan sebuah tanda sebagai peringatan atau perayaan yang dilakukan setiap tanggal 14 Februari.
Sejarah Valentine yang sebenarnya ini memang lebih banyak dipercaya, karena legenda yang beredar menyebutkan bahwa Valentine meninggalkan catatan perpisahan untuk putri penjaga penjara yang menjadi temannya. Dengan tulisan ‘From Your Valentine’ ini menjadi populer dan banyak menginspirasi. Atas jasanya, Valentine dinobatkan sebagai orang suci hingga disebut sebagai Santo Valentine.
Sejarah Menurut FestivalLupercalia
Sejarah lainnya mengenai Hari Valentine, menyebutkan bahwa Valentine berasal dari sebuah festival. Ada beberapa versi legenda yang menyatakan berita ini. Namun sampai saat ini masih belum tahu cerita mana yang memang benar menghasilkan acara Valentine. Salah satunya adalah Festival Lupercalia yang dikenal berbau seks. Sudah menjadi tradisi bangsa Romawi kuno yang tidak terlepas dengan hal-hal yang berbau seks.
Kebenaran ini pernah ditulis oleh J.A North dalam The Journal of Romance to this volume 98 2008. Selain itu Lupercalia merupakan tradisi nenek moyang Romawi kuno yang tidak bermoral dan tidak melambangkan kehangatan atau kasih sayang sama sekali. Namun pada sebuah waktu tradisi ini diubah menjadi lebih baik.
Festival Lipercalia yang sering kali dilakukan dianggap sebagai salah satu tradisi untuk menghormati Dewa kesuburan pada zaman pra Romawi. Namun Lupercalia ini umumnya dirayakan pada tanggal 15 Februari, sedangkan Valentine dirayakan satu hari sebelumnya yakni pada tanggal 14 Februari.
Terlepas dari legenda keterkaitan antara Santo Valentine ataupun Festival Lupercalia. Valentine’s Day sendiri menjadi sebuah perayaan atau budaya yang banyak dilakukan oleh berbagai negara termasuk di Indonesia. Banyak hal yang digunakan untuk melambangkan Valentine mulai dari coklat, kartu, bunga ataupun ornamen berbentuk hati, yang kesemuanya dinilai berbau kasih sayang.
Ornamen Pendukung atau Simbolisasi Valentine
Sejarah ornamen atau simbolisasi Valentine juga tidak kalah penting. Bagaimana asal-usul kartu Valentine muncul. Di mana seorang pria sebagai Duke Charles of Orleans menulis apa yang dianggap sebagai kartu Valentine tertua. Ia dipenjara di Tower of London setelah ditangkap di Inggris pada tahun 1415. Charles menuliskan sebuah surat cinta berima untuk istrinya yang kini disimpan di British library.
Karena legenda tersebut muncul, maka banyak masyarakat yang terinspirasi dan memunculkan kebudayaan untuk memberikan ungkapan rasa sayang ketika Valentine tiba. Sedangkan untuk asal-usul coklat Valentine bermula pada abad ke-17 yang dilakukan oleh masyarakat di Eropa dan Amerika Tengah. Kudapan manis merupakan salah satu makanan yang bisa diberikan kepada mereka yang disayang sebagai ungkapan cinta.
Fakta Valentine Dulu dan Kini
Perbedaan perayaan Valentine zaman dulu hingga zaman kini sangatlah jauh. Pada zaman Romawi kuno, 14 Februari merupakan hari kasih sayang yang mewajibkan semua orang untuk memperingati dan juga meliburkan berbagai kegiatan. Beberapa sejarawan menelusuri, pada masa itu orang-orang memperingati tanggal 14 Februari sebagai hari libur guna menghormati Juno yang merupakan Ratu Dewa-Dewi Romawi.
Fakta lainnya adalah, pada zaman dahulu perayaan dimulai pada tanggal 15 Februari, tidak sama dengan saat ini yang hanya merayakan ketika tanggal 14 saja. Pada tanggal 15 Februari sering kali diadakan sebuah perayaan bernama Festival Lupercalia yang umumnya disebut sebagai festival kesuburan. Dalam kegiatan ini dilakukan dengan cara memasukkan nama berbagai wanita ke dalam sebuah kotak.
Kemudian pria akan acak mengambil sebuah nama yang nantinya akan dijodohkan atau dipasangkan. Namun seiring perkembangan zaman budaya ini mulai berubah dan tradisi ini diganti hanya dengan mengungkapkan kasih sayang ketika hari Valentine tiba.
Itulah deretan mengenai tradisi dan juga sejarah Valentine yang sebenarnya yang bisa anda ketahui. Terlepas dari banyaknya legenda sejarah ataupun perayaan mengenai hari kasih sayang ini. Kita tentu tidak dapat menebak mana yang paling bisa dianggap benar atau sejarah awalnya.
Namun setiap orang pasti punya pandangan sendiri tentang hari kasih sayang dan juga bagaimana merayakannya. Namun yang jelas — berdasarkan sejarah di atas — Hari Valentine bukanlah budaya Islam, tapi budayanya Kristen dan Romawi Kuno yang mengandung dimensi kesyirikan.