SinarPost.com, Banda Aceh – Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA ikut menanggapi polemik ucapan perayaan Natal yang sebagian tokoh Islam mengucapkannya atau membolehkannya.
Ketua MIUMI Aceh sangat menyayangkan perilaku sebahagian muslim yang memberikan ucapan selamat hari raya agama lain seperti selamat Natal, Tahun Baru Masehi, Valentine, Nyepi, Waisak dan lainnya, serta memakai atributnya atas nama toleransi agama.
“Islam merupakan agama yang toleran. Toleransi dalam Islam hanya berlaku dalam persoalan muamalah (hubungan sosial atau keduniaan) dan kebebasan beragama serta kebebasan menjalankan agama. Bukan dalam persoalan aqidah dan ibadah. Maka tidak boleh mengikuti ibadah dan aqidah agama lain. Ini toleransi diajarkan oleh Al-Qran (QS. Al-Kafirun: 1-6 dan Al-Mumtahanah: 8-9) dan As-Sunnah,” tegas Yusran Hadi.
Menurut alumni Universitas Islam Madinah (UIM) Arab Saudi ini, Nabi Muhammad SAW mengajarkan toleransi yang sangat indah dalam hal muamalah, tapi dengan tegas menolak toleransi dalam bentuk akidah. Rasulullah sangat toleran kepada orang-orang Yahudi di Madinah dengan membiarkan mereka hidup aman dan berdampingan dengan umat Islam, tidak memaksa mereka masuk Islam dan tidak melarang ibadah dan keyakinan mereka.
Beliau (Rasulullah SAW), kata Yusran Hadi, tidak pernah mengucapkan selamat hari raya agama lain dan tidak pula melakukan/mengikuti ibadah dan aqidah agama lain, bahkan dengan tegas melarangnya. Begitupula para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai (mengikuti ibadah dan aqidah) suatu kaum, maka dia bagian dari mereka”. (HR. Abu Daud).
“Sikap toleransi agama yang benar adalah menghormati pemeluk agama lain, memberikan kebebasan beragama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya, dan hidup berdampingan dengan aman dan damai. Inilah toleransi yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam. Adapun mengucapkan selamat hari raya agama lain seperti selamat Natal dan lainnya atau merayakannya dengan memakai atributnya atau mengikuti perayaannya itu bukan toleransi yang benar dan dibolehkan dalam Islam. Ini toleransi yang salah dan melampaui batas,” jelas Dosen Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry itu.
Dia meminta umat Islam untuk tidak mengucapkan selamat hari raya agama lain seperti selamat Natal, Tahun Baru Masehi, Valentine, Nyepi, Waisak dan lainnya atau memakai atributnya atau mengikuti perayaannya, karena semua itu bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah serta ijma’ (kesepakatan) para ulama salaf. Ini perbuatan maksiat dan kemungkaran yang wajib ditinggalkan dan dijauhi oleh umat Islam.
Menurutnya, mengucapkan selamat hari raya agama lain seperti selamat Natal, tahun baru Masehi, Valentine, Nyepi, Waisak dan lainnya atau memakai atributnya atau mengikuti perayaannya itu bukanlah perkara yang masuk dalam ranah toleransi yang dibenarkan dalam Islam. Karena itu, Yusran Hadi mengingatkan berbagai pihak agar menghargai dan menghormati ajaran Islam.
“Jangan mengukur toleran atau tidak toleran dengan mengucapkan atau tidak mengucapkan selamat Natal atau selamat atas hari raya agama apapun. Mengucapnya dan merayakannya dengan memakai atributnya atau mengikuti perayaannya itu berarti pengakuan kebenaran terhadap agama tersebut. Ini membahayakan dan merusak aqidah seorang muslim. Karena adanya kekufuran, kesyirikan, dan pengagungan terhadap syiar agama lain. Maka hukumnya haram dan bisa membatalkan keislaman seseorang berdasarkan Al-Quran, As-Sunnah dan ijma’ para ulama salaf,” jelasnya
Ketua MIUMI Aceh ini memberi apresiasi dan mendukung terhadap fatwa MUI Jawa Timur, MUI Sumatera Barat dan para ulama lainnya yang mengharamkan mengucapkan selamat hari raya agama lain seperti Natal, tahun baru Masehi, Valentine, dan lainnya atau memakai atributnya atau mengikuti perayaannya serta fatwa MUI Pusat yang mengharamkan perayaan Natal bersama. Tugas ulama adalah mengawal aqidah umat dan memberikan pemahaman agama yang benar kepada umat sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. Inilah ulama yang benar dan istiqamah yang wajib diikuti oleh umat.
Doktor lulusan International Islamic University Malaysia (IIUM) ini turut meminta kepada pihak non muslim khususnya umat kristen untuk tidak memaksakan umat Islam merayakan natal, tahun baru dan lainnya dengan memakai atributnya atau mengikuti perayaaannya. Sikap ini melanggar toleransi beragama dan hukum di Indonesia. Maka bisa dipidanakan.
“Umat Islam jangan menyibukkan kepada hal-hal yang tidak perlu dan bukan tugasnya, bahkan bisa merendahkan diri umat Islam dan izzah Islam seperti menjaga gereja pada waktu perayaan natal. Ini memalukan. Kok gereja yang dijaga, bukan masjid. Siapa yang akan serang gereja? Ini terkesan melecehkan Islam dan umat Islam dengan tuduhan radikal dan intoleransi. Padahal, masalah keamanan itu tugas kepolisian,” pungkasnya.
Terakhir, Yusran Hadi mengajak umat Islam taat kepada Al-Quran dan As-Sunnah serta para ulama sesuai perintah Allah Swt (QS: An-Nisa: 59) dan menjaga aqidahnya dengan tidak mengucapkan selamat hari raya agama lain seperti selamat natal, tahun baru Masehi, Valentine, Nyepi, Waisak dan lainnya. Begitu pula tidak memakai atributnya atau merayakannya.