SinarPost.com, Jakarta – Menteri Agama Periode 2014-2019, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan toleransi adalah kemauan dan kemampuan seseorang untuk menghargai dan menghormati perbedaan. Menurut Lukman Hakim, toleransi merupakan buah dari Moderasi Bergama.
Menghargai dan menghormati itu tidak bisa sekadar mayoritas dan minoritas. Kalau semua orang menuntut dihargai dan dihormati, maka tidak ada satupun yang akan mendapatkan kehormatan dan penghargaan tersebut. Namun bila semua orang memberi, maka semua akan mendapatkan. Bicara toleransi adalah kemauan dan kemampuan memberikan penghargaan,” kata Lukman Hakim saat menjadi pembicara Seminar Moderasi Beragama di Kalangan Milenial, yang berlangsung di Auditorim HM Rasjidi Kantor Kemenag, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (03/12/2019).
Selain Lukman Hakim, ada tiga narasumber dari kalangan milenial dalam seminar ini. Mereka adalah Ketua Umum PB HMI Respiratori Saddan Al Jihad, Ceo Inspirasi.co & Exsekutif Direktor Digittroops Indonesia Fahd Fahdepia dan Ketua Umum Mahasiswa Katolik Indonesia, Juventus Prima Yaris.
Dalam seminar ini, Lukman Hakim mengajak audien untuk memberikan pendapat lewat berbagai isu, misalnya tiba-tiba terdengar azan ketika sedang berlangsungnya sebuah acara maupun kegiatan. “Kita sering menghadapi di mana dalam pertemuan apakah itu seminar, rapat atau kegiatan lainnya, tiba-tiba terdengar azan. Pertanyaan saya, apa yang kita lakukan, apakah menunda kegiatan tersebut atau menyelesaikan acara terlebnih dahulu,” tanya Lukman Hakim.
Respon dari kalangan mileal pun muncul beragam. Ada yang mengatakan boleh dengan melanjutkan kegiatan, pendapat lainnya ditunda sekitar 30 menit dan ada pandangan kegiatan tersebut dihentikan.
“Jadi memang respon kita bisa beragam. Sebagian ada yang minta dihentikan karena sebagian muslim ingin salat di awal waktu. Alasannya kepentingan Tuhan tidak bisa digantikan dengan kepentingan manusia. Agama hadir untuk Tuhan,” ini pandangan pertama kata Lukman Hakim.
Pandangan kedua, lanjut Lukman, ada yang mengatakan agama itu untuk siapa, apakah untuk Tuhan atau untuk manusia. Tuhan menghadirkan agama agar manusia itu hidup dengan baik dan benar. Maka selama itu kepentingan kemanusiaan, sedianya harus didahulukan.
“Pandangan ketiga, kita lihat forum itu seperti apa. Kalau mayoritas agama Katolik dan muslim hanya satu dan dua, jangan yang minoritas mengalahkan yang mayoritas. Ada cara bagaimana melihat situasi sebelum mengambil keputusan yakni dengan mengajak musyawarah,” tutur Lukman.
Lukman Hakim kembali menegaskan bahwa toleransi adalah kemampuan dan kemauan memberikan penghargaan dan ini adalah buah dari Moderasi Beragama yang sejak empat tahun silam di didengungkan Kementerian Agama.
“Yang dimoderasi itu bukan agama. Moderasi dalam artian lawan dari ekstrem, moderat itu di tengah. Sebab agama datangnya dari Tuhan. Agama pasti moderat karena ia hadir untuk manusia. Namun cara kita memahami dan mengamalkan ajaran agama itulah yang harus senantiasa dijaga agar tidak berlebih-lebihan,” tandas Lukman.
Seminar Moderasi Beragama di Kalangan Milenial diinisiasi Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama. Helat ini bertujuan agar generasi milenial turut menjadi garda terdepan dalam penyebarluasan Moderasi Beragama di tengah masyarakat khususnya generasi muda.
[Sumber : Kemenag.go.id]