SINARPOST.COM – Salah satu perang yang paling terekam dalam sejarah umat manusia adalah Perang Salib. Perang Salib adalah serangkaian perang agama yang direstui Gereja Latin di Eropa pada Abad Pertengahan. Menurut anggapan umum, Perang Salib adalah sebutan bagi perang-perang di kawasan timur Laut Tengah dengan pasukan Islam yang terjadi antara periode 1095 – 1492 Masehi.
Kota Yerusalem menjadi ‘magnet’ terbesar meletusnya Perang Salib antara kekuatan Kristen (Nasrani) dari Kristen Eropa dengan kekuatan Islam yang menghuni wilayah Asia Barat kala itu. Selama masa Perang Salib, Kota Yerusalem silih ganti jatuh dalam kekuasaan Kristen dan Islam.
Dalam periode Perang Salib, tahun 1187 Masehi menjadi yang paling bersejarah, dimana pada tahun tersebut Kota Yerusalem kembali jatuh dalam pangkuan orang Islam setelah terjadi pengepungan dan peperangan besar yang berlangsung selama 13 hari, yaitu pada tanggal 20 September sampai 2 Oktober 1187 Masehi.
Pengepungan Yerusalem tersebut adalah sebuah pertempuran yang terjadi antara Dinasti Ayyubiyyah yang dipim Sultan Salahuddin Al-Ayyubi dengan Kerajaan Yerusalem. Pertempuran ini menyebabkan Yerusalem direbut kembali dari tangan tentara Salib. Kerajaan Yerusalem yang dikuasai oleh Kristen pun runtuh di tangan Salahuddin Al-Ayyubi.
Dikutip dari Wikipedia, sebelum ditaklukkan pasukan Islam pimpinan Salahuddin Al-Ayyubi, Kerajaan Yerusalem saat itu mulai lemah karena permasalahan internal, dan hampir dikalahkan dalam Pertempuran Hattin pada tanggal 4 Juli 1187. Banyak tokoh-tokoh kerajaan tersebut tertangkap, termasuk Raja Guy. Kemudian selama musim panas Sultan Salahuddin dengan cepat mengacaukan Kerajaan Yerusalem.
Pada pertengahan bulan September, Sultan Salahuddin merebut Kota Akko, Nablus, Jaffa, Toron, Sidon, Beirut, dan Ashkelon. Para pengungsi melarikan diri ke Tirus, satu-satunya kota yang dapat menahan serangan pasukan Islam.
Pada Minggu, 20 September 1187, Salahuddin dan pasukannya mencapai Kota Yerusalem, kemudian mendirikan kemah dan memulai pengepungan. Pada tanggal 21 September pasukan Islam mulai melancarkan serangan terhadap Yerusalem. Karena mendapat perlawanan sengit, benteng Kerajaan Yerusalem terlalu kuat, ditambah matahari yang menyilaukan, Sultan Salahuddin pun harus menunda serangan.
Pada malam 25 sampai 26 September, Sultan Salahuddin dan pasukannya memindahkan kemah ke Bukit Zaitun di sisi timur laut Kota Yerusalem. Pada tanggal 29 September pasukan Islam akhirnya telah berhasil merobohkan dinding benteng Kerajaan Yerusalem.
Pertempuran ini pun berakhir dengan menyerahnya Yerusalem pada 2 Oktober 1187 Masehi. Sultan Salahuddin berhasil merebut Yerusalem pada 2 Oktober 1187 setelah dikuasai Kristen selama 88 tahun.
Melihat Yerusalem jatuh ke tangan Islam, Raja-raja Kristen di Eropa kemudian menyatukan kekuatan untuk membalas pasukan Islam. Pada tahun 1189, pihak Gereja Latin pun mengobarkan Perang Salib Ketiga untuk merebut kembali Tanah Suci dari dari Salahuddin Al-Ayyubi.
Kampanye Gereja Eropa ini memperoleh banyak keberhasilan, dengan merebut kota penting Akko dan Yafo, juga menguasai sebagian besar daerah penaklukan Sultan Salahuddin, akan tetapi Gereja Eropa dalam Perang Salib Ketiga kurun waktu 1189–1192 gagal merebut Kota Yerusalem yang menjadi motivasi emosional dan spiritual dari Perang Salib tersebut.