SinarPost.com – Seorang komandan senior Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) tewas dalam serangan udara pesawat tak berawak (drone) di dekat perbatasan Suriah-Irak, pada Minggu malam. Komandan IRGC itu tewas hanya dua hari setelah pembunuhan ilmuwan nuklir Iran.
Komandan IRGC dan tiga pengawalnya dilaporkan tewas setelah mobilnya dihantam roket dari serangan udara pesawat tak berawak di dekat perbatasan Irak-Suriah. Demikian menurut beberapa media yang mengutip pejabat Irak, sebagaimana dilansir Russia Today.
Serangan drone dikatakan telah menargetkan komandan senior setelah dia memasuki Suriah melalui penyeberangan perbatasan Al Qaim dari Irak.
Ada juga laporan bahwa jenazah yang diduga pasukan pengawal revolusi Iran itu telah dipindahkan ke ibu kota Irak, Baghdad. Iran belum mengkonfirmasi atau membantah laporan tersebut.
Dugaan serangan itu terjadi setelah ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh ditembak mati pada Jumat di utara Teheran, dengan pejabat Iran menyalahkan Israel atas pembunuhannya.
Berbicara pada prosesi pemakaman Fakhrizadeh pada hari Senin, Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami mengatakan kejahatan itu tidak akan terjawab.
Pada 3 Januari lalu, AS juga membunuh Jenderal Iran Qassem Soleimani, pemimpin Pasukan Quds, dalam serangan pesawat tak berawak tak lama setelah dia meninggalkan Bandara Baghdad, mengklaim bahwa dia telah merencanakan serangan terhadap Amerika.
Insiden itu menandai dimulainya peningkatan yang parah dalam ketegangan antara Teheran dan Washington, dan Iran membalas dengan meluncurkan serangkaian serangan terhadap pasukan AS yang berbasis di Irak.