Foto: Gedung Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, yang tepat berada di dekat Kedutaan Besar nya, hancur dalam serangan udara Israel pada Senin (1/4/2024) lalu. (AFP)
SinarPost.com – Pada Senin, 1 April 2024 lalu dunia dikejutkan atas serangan Israel terhadap gedung diplomatik Iran di Damaskus, Suriah. Gedung Konsulat Iran yang persis berada di dekat kantor Kedutaan Besar nya itu rata dengan tanah dihantam beberapa rudal Israel yang ditembakkan melalui jet tempur Siluman F-35 dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
Serangan Israel tersebut membunuh 13 orang, dimana 6 korban diantaranya adalah warga Suriah dan 7 perwira dari Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) yang bertugas sebagai penasehat militer di Suriah.
Serangan tersebut memunculkan berbagai spekulasi bahwa Israel sengaja menyerang gedung diplomatik Iran sebagai warning untuk Hizbullah di Lebanon agar tidak bergabung dalam perang Hamas di Gaza yang telah menguras sumber daya rezim Zionis dan nyaris memporak-porandakan seluruh Gaza.
Seperti diketahui, kelompok militer Hizbullah yang didukung Iran telah banyak terlibat bentrokan mematikan di perbatasan Lebanon dan Israel Utara, dimana Hizbullah telah menargetkan banyak situs militer Israel sejak melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza.
Selain itu, serangan Israel terhadap Gedung Konsulat Iran juga untuk memancing aksi serangan balasan Teheran ke Tel Aviv. Jika ini terjadi maka Israel akan punya alasan menggunakan semua kekuatan militer untuk balik menyerang ke jantung Iran. Di sisi lain AS akan turun tangan membela Israel yang merupakan anak emasnya di Timur Tengah.
Jika AS terlibat langsung maka skenario Israel terwujud. Dengan demikian akan tercipta perang regional skala besar di Timur Tengah, dimana Israel dan AS akan menggunakan kekuatan militer penuh melawan Iran, salah satu kekuatan rudal terkuat di dunia.
AS dan Israel sendiri telah lama berambisi menghancurkan militer Iran, para pengambil kebijakannya, serta merusak sendi-sendi perekonomiannya yang tak mapan lewat jalur sanksi. Jika Iran berhasil dilumpuhkan maka Israel dan AS akan leluasa berbuat semaunya mengingat saat ini Iran satu-satunya negara Islam yang mampu menghambat kepentingan rezim Israel dan AS di Timur Tengah lewat pengaruhnya yang kuat di tubuh Hamas, Hizbullah di Lebanon hingga Houthi di Yaman.
Selain itu Iran juga memiliki pengaruh kuat di Pemerintahan Suriah dan Irak yang jelas-jelas menghambat kepentingan AS. Dukungan kuat Iran terhadap militan-militan bersenjata di Suriah dan Irak juga menjadi ancaman terhadap eksistensi pangkalan militer AS di sana.
Koresponden perang veteran, Elijah Magnier mengatakan kepada Sputnik bahwa serangan tak terduga Israel terhadap gedung diplomatik Iran di Suriah adalah bagian dari pesan yang dikirim ke Amerika Serikat bahwa Israel akan memperbesar konflik jika AS tidak melakukan “penyelamatan” terhadap negara Zionis dalam perangnya melawan Hamas di Gaza.
Menurutnya, pesan pertama Israel ditujukan kepada Amerika Serikat yang lambat dalam mengirimkan senjata ke Israel yang sudah terlibat perang panjang dan melelahkan di Gaza melawan Hamas yang didukung Iran. “Israel juga mengirimkan pesan lain kepada Amerika yang mengatakan, jika Anda tidak datang menyelamatkan kami dan tidak mendukung kami, kami akan memperbesar perang dan menyeret Iran ke dalam perang,” menurut analisa Magnier, sebagaimana dikutip dari sputnikglobe.com, Jumat (5/4/2024).
Membawa Iran, yang menurut Magnier telah dimusuhi Israel sejak revolusi Islam Iran tahun 1979 ke dalam perang akan memaksa AS untuk ikut serta karena AS menganut kebijakan bahwa “Israel adalah bagian dari keamanan nasional Amerika.”
Serangan itu juga mengirimkan pesan kepada dunia bahwa segala sesuatunya sudah siap untuk Israel. “Jika Iran tidak merespons dan Barat tidak mengutuk Israel, itu berarti tidak ada kedutaan besar di dunia yang bisa berpura-pura aman,” kata Magnier, seraya menambahkan bahwa Israel akan mencapai target apa pun yang mereka inginkan dan mereka “tidak peduli siapa yang akan terbakar”.
Israel, menurut amatan Magnier, ingin Iran merespons dengan melakukan aksi serangan Balan ke Tel Aviv dan melibatkan AS dalam perang skala luas, sesuatu yang menurut Magnier disadari oleh Iran, dan menyatakan bahwa Israel menolak menanggapi serangan terhadap jenderal-jenderalnya yang berada di gedung diplomatik dimaksud.
“Jika Iran tidak merespons, maka Israel akan bertindak lebih jauh dan mencapai tujuan yang lebih jauh lagi,” jelas Magnier. “Tetapi tanggapannya akan sangat bijaksana karena Iran perlu berhati-hati agar tidak jatuh ke tangan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu,” nilainya.
Magnier mencatat bahwa Iran tidak akan menerima dukungan dan simpati yang sama seperti yang diterima Palestina dari komunitas internasional. Di Gaza, Israel membunuh warga sipil, membunuh pekerja PBB. Mereka menghancurkan infrastruktur, sekolah, rumah sakit, universitas, dan membuat penduduk kelaparan. “Inilah sebabnya mengapa orang-orang di seluruh dunia mendukung perjuangan Palestina,” katanya.
Ketika ditanya Sputnik bagaimana tanggapan Iran pada akhirnya, Magnier mengatakan Teheran memiliki sejumlah pilihan. “Mereka memiliki rudal presisi jarak jauh. Mereka dapat membanjiri rudal pencegat Israel dan menyerang suatu tempat di Israel. Tapi mereka juga bisa mencapai sasaran di Laut Merah, atau sasaran AS dan Israel di Irak dan Suriah.”
“Atau mereka dapat meningkatkan dukungan terhadap poros perlawanan dan memasok mereka dengan senjata yang lebih canggih yang dapat merugikan Israel,” katanya, menambahkan bahwa sangat penting bagi Iran untuk menyerang Israel secara langsung “karena penting bagi Iran untuk mengetahui hal tersebut bahwa negara mereka telah merespons serangan itu.”