SinarPost.com, Ankara – Turki mengutuk keras pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, Mohsen Fakhrizadeh, pada Jumat (27/11/2020) di pinggiran Kota Teheran. Pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh telah menarik reaksi keras di Teheran.
“Kami menyesal bahwa ilmuwan Iran Mohsen Fakhrizadeh kehilangan nyawanya akibat serangan bersenjata di Teheran. Kami mengutuk pembunuhan keji ini dan menyampaikan belasungkawa kami kepada pemerintah Iran dan keluarga almarhum,” kata Kementerian Luar Negeri Turki, Minggu (29/11) seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Kementerian itu menegaskan bahwa Turki menentang semua jenis upaya yang mengganggu perdamaian dan ketenangan serta terorisme di wilayah tersebut, terlepas dari siapa pun pelaku atau targetnya.
“Dalam hal ini, kami berharap mereka yang melakukan aksi tersebut akan diungkap dan dimintai pertanggungjawaban di hadapan pengadilan dan kami mengimbau semua pihak untuk bertindak dengan akal sehat dan menahan diri serta menghindari upaya yang akan mengarah pada eskalasi di kawasan,” ungkap Kemenlu Turki.
Sebelumnya, pemimpin tertinggi Iran berjanji untuk membalas pembunuhan tersebut, dan meningkatkan ancaman konfrontasi baru dengan AS dan Israel di sisa minggu kepresidenan Donald Trump. Iran meyakini pembunuhan ilmuwan nuklirnya itu dilakukan oleh agen rahasia AS dan Israel.
Fakhrizadeh adalah ilmuwan nuklir Iran yang memimpin penelitian dan inovasi di kementerian pertahanan Irann. Dia diserang di daerah Damavand dekat Teheran pada Jumat.
Penyerang meledakkan kendaraan di depan Fakhrizadeh kemudia menembaki mobilnya, yang menyebabkan dia dan orang yang bersamanya saat itu terluka. Mereka dilarikan ke rumah sakit, tapi Fakhrizadeh kemudian meninggal karena luka yang dideritanya.
Presiden Iran Hassan Rouhani dan para pejabat tinggi menuduh Israel berada dibalik pembunuhan ilmuwan nuklir terkenal itu. Serangan itu menimbulkan kemarahan di seluruh Iran. Sekelompok pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor Rouhani pada Jumat malam dan menuntut pembalasan yang tegas.
Ini adalah pembunuhan tokoh penting Iran kedua sejak serangan udara Amerika Serikat yang menewaskan Jenderal Qasem Soleimani di Baghdad pada Januari lalu. Pejabat Iran menilai ada koordinasi Israel-AS dalam serangan itu.