SinarPost.com, Teheran – Seorang komandan Iran mengatakan Angkatan Udara negara itu mulai mengembangkan jet tempur kelas berat setelah keberhasilannya dalam pembuatan pesawat perang kelas ringan, Kowsar.
Dalam sebuah wawancara dengan Tasnim News Agency, yang dilansir pada Rabu (22/7/2020), Wakil Komandan Angkatan Udara Iran Brigadir Jenderal Hamid Vahedi mengatakan proses pembuatan jet tempur berat buatan sendiri telah dimulai.
Dia mengatakan, para ahli lokal datang dengan ide pembuatan jet tempur berat setelah sukses memproduksi produksi Kowsar, jet Iran dengan avionik asli dan mesin homegrown. Namun sejumlah analis dan kritikus internasional mengklaim bahwa Kowsar adalah pesawat tempur F-5 yang dimodifikasi, anggapan yang dibantah tegas oleh Iran.
Jenderal Vahidi juga menunjuk proyek-proyek militer untuk meningkatkan kemampuan radar pesawat Angkatan Udara negara Para Mullah itu, dan mengatakan kemajuan yang baik telah dibuat di bidang tersebut.
Iran juga telah mencapai sukses besar dalam meningkatkan kemampuan sembunyi-sembunyi berbagai jenis pesawat. Brigadir Jenderal Vahedi juga mengatakan bahwa pencapaian baru akan diungkapkan setelah tes akhir.
Komandan Angkatan Udara itu juga menyoroti kemajuan negaranya dalam mengembangkan rudal. Dia mengatakan para ahli lokal Iran telah memperluas jangkauan rudal udara-ke-udara yang dipasang pada jet tempur Kowsar, dari 5 mil menjadi 12 mil. “Kisaran yang ditingkatkan ini akan sangat efektif dalam pertempuran udara,” ungkapnya.
Lebih lanjut, sang Jenderal turut menunjuk pada terobosan yang telah dibuat Iran dalam industri drone, dengan mengatakan pesawat tanpa pilot Karrar yang telah berhasil menjatuhkan bom seberat 500 pon yang akan menjadi senjata dengan akurasi tinggi.
Angkatan Udara juga telah melengkapi drone serbu Ababil-3 dengan roket, kata Vahedi seraya menambahkan bahwa program sedang berlangsung untuk melengkapi Ababil dan Kaman dengan bom pintar Qaem-1 dan Qaem-5.
Iran dalam beberapa tahun terakhir membuat kemajuan besar dalam pembuatan berbagai peralatan militer, seperti kapal perang, tank canggih, drone serbu, rudah jelajah berpresisi tinggi, hingga sistem pertahanan udara yang menggunakan teknologi mutakhir.
Selain itu, Iran meski disanksi dan diembargo AS-NATO sejak revolusi Islam tahun 1978, namun berhasil mencapai kemandirian di bidang militer sehingga mampu menguasai teknologi nuklir, membuat rudal jelajah yang mampu menjangkau daratan Eropa, hingga teknologi antariksa.
Teheran telah berulang kali menekankan bahwa kekuatan militernya yang berkembang pesat hanya bersifat defensif dan tidak ditujukan untuk mengancaman negara lain.