SinarPost.com, Beijing – Dua negara raksasa, Rusia dan China mempertegas aliansi keduanya, yang bersumpah siap mendukung satu sama lain. Hal ini diketahui saat Presiden Cina Xi Jinping dan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, mengadakan pembicaraan telepon pada hari Rabu.
Dalam percakapan telepon tersebut pemimpin kedua negara sahabat itu bersumpah akan saling mendukung dengan tegas dalam menjaga kedaulatan. Demikian dilansir Xinhua pada Kamis sebagaimana dikutip SinarPost.com, Jumat (10/7/2020).
Dalam percakapannya itu, Xi Jinping menegaskan dukungan sepenuhnya untuk rakyat dan pemerintah Rusia dibawah kepemimpinan Vladimir Putin. China, kata Xi, akan seperti biasa, dengan tegas mendukung jalur pembangunan Rusia yang sesuai dengan kondisi nasionalnya sendiri dan dengan gigih mendukung Rusia dalam mempercepat pembangunan dan revitalisasi.
Dengan memperhatikan bahwa situasi internasional berubah dengan cepat, Xi menekankan bahwa sangat penting bagi China dan Rusia, sebagai mitra strategis membangun koordinasi yang komprehensif, untuk memperkuat komunikasi dan kerja sama strategis.
Pihak China, lanjutnya, bersedia untuk terus bekerja dengan pihak Rusia dalam saling mendukung, menolak sabotase dan intervensi eksternal, menjaga kedaulatan, keamanan dan hak-hak pembangunan masing-masing dengan baik, dan menjaga dengan baik kepentingan bersama mereka.
Xi menunjukkan bahwa pada saat yang paling sulit dalam perang melawan pandemi COVID-19, China dan Rusia saling mendukung dan membantu, yang semakin memperkaya signifikansi strategis hubungan mereka di era baru.
Dia menambahkan bahwa mereka juga harus mengambil kesempatan Tahun Inovasi Ilmiah dan Teknologi China-Rusia untuk mempercepat kolaborasi di bidang-bidang seperti teknologi maju, penelitian dan pengembangan vaksin dan obat-obatan, serta biosekuriti, sehingga dapat terus mengangkat China-Rusia memiliki ikatan dengan tingkat yang lebih tinggi dan mendorong perkembangan mereka masing-masing untuk kepentingan kedua orang.
Cina, kata Xi, siap bekerja dengan Rusia untuk terus mengintensifkan koordinasi di dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kerangka kerja multilateral lainnya, melindungi multilateralisme, menentang hegemonisme dan unilateralisme, membela keadilan dan keadilan internasional, dan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk meningkatkan tata kelola global dan mempromosikan bangunan dari komunitas dengan masa depan bersama untuk umat manusia.
Rusia dan Cina, tambahnya, sama-sama menghargai kedaulatan dan keamanan nasional mereka sendiri dan telah saling mendukung sepanjang waktu, seperti yang telah ditunjukkan sekali lagi baik oleh dukungan timbal balik mereka di saat-saat sulit selama pandemi, dan oleh partisipasi baru-baru ini oleh penjaga kehormatan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok di parade Lapangan Merah Rusia.
Masih dari Xinhua, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa hubungan Rusia-China adalah yang terbaik dalam sejarah. Putin menekankan bahwa Rusia dengan tegas mendukung upaya China untuk menjaga keamanan nasional di Wilayah Administratif Khusus Hong Kong, menentang semua jenis tindakan provokatif yang melanggar kedaulatan China, dan sepenuhnya mempercai China mampu untuk memastikan kemakmuran dan stabilitas jangka panjang di Hong Kong.
Rusia, kata Putin, menganggap hubungannya dengan China sebagai prioritas utama kebijakan luar negeri, ia mengatakan negaranya bersedia bekerja sama dengan China untuk terus mendorong kerja sama bilateral praktis di berbagai bidang, memperkuat komunikasi strategis dan koordinasi dalam kerangka kerja seperti Organisasi Kerjasama Shanghai dan PBB, dan menjaga stabilitas dan keamanan strategis global.
Sumpah kedua pemimpin tersebut, yang akan saling mendukung satu sama lain, akan menjadi mimpi buruk bagi Amerika Serikat (AS) jika berani macam-macam dengan salah satu dari keduanya. Seperti diketahui, AS kini sedang mencari masalah dengan China di Laut China Selatan dan Hongkong, bahkan tensinya terus memanas yang diprediksi dapat pecah perang antar kedua negara. Namun menyerang negara Tirai Bambu bukanlah perkara mudah bagi AS, apalagi jika Rusia ada dipihak China.
Saat ini AS boleh mentasbihkan diri sebagai negara terkuat didunia, namun bagimana jadinya jika Rusia dan China benar-benar bersatu kala berhadapan dengan AS. Dapat dipastikan AS tidak akan berani macam-macam, meski hanya sebatas niat untuk menyerang salah satunya. Hal ini tentu sangat beralasan karena Rusia dan China masing-masing berada diurutan kedua dan ketiga (dibawah AS) sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat didunia. Bahkan dalam beberapa aspek peralatan militer, Rusia jauh lebih hebat dari AS.