SinarPost.com, Teheran – Retorika perang antara Amerika Serikat (AS) dan Iran kembali memanas dalam beberapa hari terakhir. Presiden AS Donald Trump baru-baru ini telah memerintahkan angkatan lautnya untuk menembak dan menghancurkan setiap kapal Iran jika kembali mengancam dan melecehkan kapal perangnya di Laut Persia.
Perintah Trump itu disampaikan setelah beberapa hari sebelumnya Angkatan Laut AS menuduh sejumlah kapal perang Iran melakukan konfrontasi dengan mengepung kapal perang AS di Teluk Persia.
Angkatan Laut AS menuduh Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) melakukan tindakan “berbahaya dan provokatif”, mengklaim bahwa hampir selusin kapal Iran mengepung sekelompok kapal Amerika di Teluk Persia. Armada Kelima AS kemudian menerbitkan rekaman video dari pertemuan armada laut kedua negara itu, yang menunjukkan kapal-kapal perang Iran mengelilingi sebuah kapal AS yang lebih besar.
Permusuhan AS terhadap Iran diperparah setelah Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC) mengejutkan dunia pekan lalu dengan meluncurkan satelit militer pertamanya yang berhasil menembus ke dalam orbit Bumi pada Rabu (22/4/2020). Satelit yang dijuluki Nour (cahaya) tersebut mengorbit di ketinggian 425 kilometer dari permukaan bumi.
Menanggapi ancaman dari musuh bebuyutannya itu, Iran balik mengancam dengan menyerang setiap pangkalan militer Amerika di seluruh wilayah Timur Tengah jika AS menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional negaranya. Ancaman ini disampaikan Sekretaris Dewan Kemanusiaan Iran, Mohsen Rezaei.
Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera sebagaimana dikutip dari Tasnim News Agency, Rezaei menyebut bahwa ancaman itu disampaikan menanggapi kampanye propaganda ancaman Presiden AS baru-baru ini yang memerintahkan angkatan laut AS untuk menembaki kapal-kapal Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC).
Rezaei mengatakan, semua pangkalan militer Amerika di seluruh wilayah itu berada di bawah pengawasan Iran, ia memperingatkan AS bahwa jika keamanan nasional Iran berada dalam bahaya, pangkalan-pangkalan itu akan dihantam dengan rudal.
Rezaei menggarisbawahi, Iran tidak akan pernah memulai perang dengan AS, tetapi menegaskan bahwa jika Washington mengobarkan perang, itu akan menjadi Teheran yang memutuskan kapan harus mengakhirinya.
Terkait embargo senjata, Sekretaris Dewan Kemanusiaan Iran, Mohsen Rezaei mengatakan bahwa embargo senjata PBB terhadap Iran akan segera berakhir. Dia menekankan bahwa setelah pencabutan embargo, tidak ada yang bisa mencegah Iran membeli senjata konvensional.
“Sikap yang diadopsi oleh AS dan Uni Eropa tentang penghapusan embargo senjata tidak mengikat dan Iran tidak akan mengindahkannya,” tegasnya.
Dia juga mengkritik negara-negara Arab tertentu karena membayar tebusan kepada AS, dengan mengatakan negara-negara itu menentang rencana dan inisiatif apa pun yang diusulkan oleh Iran dan bersikeras permusuhan terhadap Republik Islam.