SinarPost.com, Jakarta – Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengungkapkan ada beberapa permintaan dari industri di dalam negeri untuk impor jagung tahun ini sebanyak 200.000 ton.
Impor jagung biasanya untuk kebutuhan industri pakan ternak, yang proses impornya melalui Perum Bulog atas persetujuan pemerintah.
Bulog masih akan menghitung ulang berapa besar kebutuhan dari impor jagung. Sesuai dengan permintaan dari Menteri Koordinator Perekonomian dan Menteri Pertanian.
“Beliau minta data yang pasti jadi jangan dikira-kira karena impor harus sesuai dengan kebutuhan,” ungkap Buwas di Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (5/02/2020).
Ia menerangkan, dengan meningkatnya harga jagung, Perum Bulog perlu melakukan intervensi. Kuota impor sudah diputus 200.000 ton, imbuhnya, namun belum deal. Artinya angka impor 200.000 ton masih perkiraan.
“Diperkirakan kita impor sejumah 200.000 ton tapi kan nggak bisa demikian harus ada datanya yang dibutuhkan berapa sih,” ungkapnya.
Menurutnya jika impor tidak dilakukan sesuai dengan kebutuhan, akan terjadi kelebihan pasokan jagung. Melihat lebih jauh, kelebihan suplai bisa berdampak pada harga jagung di petani.
“Karena ada permintaan dari asosiasi peternak ayam dari beberapa meminta waktu itu di alokasikan sekitar 200.000 ton tapi Pak Menko bilang dari mana 200.000 ton coba data Mentan berapa dialokasikannya. Jangan sampai masa panen kita impor,” terangnya.
Keputusan akhirnya baru akan dibahas dalam rapat koordinasi, jika semua data sudah masuk. “Ya nanti ada rakor, akan ada rakor,” imbuhnya.
[Sumber : CNBC Indonesia]