SinarPost.com, Washington – Amerika Serikat (AS) telah mendeteksi keadaan siaga tinggi pasukan rudal Iran di seluruh negara itu. Demikian kata seorang pejabat AS kepada Reuters, Minggu (5/1/2020) kemarin.
Pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim itu menambahkan, tidak jelas apakah tingkat kesiapan yang lebih tinggi dari pasukan rudal Iran bersifat defensif atau tidak.
Ia juga tidak memberikan rincian lebih lanjut apakah rudal Iran membidik target tertentu, di tengah ancaman Teheran untuk membalas atas serangan drone AS pekan lalu yang menewaskan seorang jenderal top Iran, Qassem Soleimani, di Irak.
“Mereka jelas-jelas berada dalam kondisi siaga tinggi. Apakah keadaan siaga yang tinggi itu dipersiapkan dengan lebih baik untuk pertahanan atau untuk dipersiapkan dengan lebih baik? Itu tidak bisa ditentukan pada titik ini,” kata pejabat itu.
“Tapi kita menontonnya dengan cermat,” pungkasnya.
Seperti diketahui, kawasan Timur Tengah kini berada dalam kondisi menegangkan setelah Amerika Serikat (AS) membunuh komandan pasukan elite Iran (Al-Quds), Jenderal Qassem Soleimani di Irak beberapa waktu lalu. Dunia mengkhawatirkan akan adanya aksi serangan balasan dari Iran, baik secara langsung maupun melalui proxy (sekutunya) di seluruh Timur Tengah.
Dunia sangat mencemaskan hubungan yang memanas antara Iran dan AS, yang kini sudah berada di titik nadi. Pasalnya, meski AS punya kekuatan militer terkuat di dunia, namun Iran diprediksi mampu meluncurkan serangan mematikan terhadap pangkalan militer AS di seluruh Timur Tengah, termasuk armada angkatan laut AS.
Iran memiliki armada rudal yang berpresisi tinggi dalam jumlah sangat besar, dan terbesar keempat di dunia setelah Rusia, AS, dan China. Iran memiliki rudal dengan berbagai jarak tembak hingga jangkauan 2000 km lebih. Artinya, Iran dapat menghancurkan aset AS dalam waktu yang singkat di seluruh Timur Tengah. Bila perang terbuka antara kedua negara pecah maka juga akan menjerumus ke banyak negara lainnya, sehingga perang besar yang berkepanjangan tidak terelakkan.
AS memang punya kekuatan militer yang sangat besar yang mencakup hampir seluruh negara di Timur Tengah, namun Iran juga punya sekutu proxy-nya yang bisa digerakkan untuk melawan AS. Pasukan Hizbullah di Libanon dan Hamas di Palestina telah berjanji berada di pihak Iran jika perang pecah. Kedua kelompok sekutu Iran ini dapat menyerang Israel yang merupakan sekutu utama dan anak emas Amerika di Timur Tengah.
Iran juga bisa menggerakkan sekutunya di Suriah, Hauthi di Yaman, dan milisi Syiah yang besar di Irak untuk menyerang pangkalan AS di sana. Selain itu Iran juga bisa menggerakkan sekutu proxy-nya di Afghanistan, dan negara lainnya dikawasan Timur Tengah dan Afrika.