Oleh : Meri Andani*
Berita dan kabar tentang pelecehan seksual terhadap anak terus meningkat. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual tersebut. Tidak dapat disalahkan sepenuhnya faktor kelalaian orang tua menjaga anaknya, dikarenakan tidak jarang ditemukan bahwa pelakunya adalah orang terdekat atau keluarga korban itu sendiri. Berbicara soal seksualitas, mungkin hal ini masih dianggap tabu oleh masyarakat, khususnya masyarakat Aceh. Karena orang tua masih mengaggap tabu pembicaraan tentang hal tersebut, sehingga membuat para orang tua enggan untuk mengajarkan pendidikan seks bagi anak-anaknya. Harusnya dengan mengajarakan anak pendidikan seks dapat membantu anak untuk melindungi, menjaga dan membentengi dirinya dari kekerasan dan pelecehan seksual.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Aceh menyampaikan bahwa ada 620 anak yang menjadi korban pelecehan seksual dalam tiga tahun terakhir ini. Angka pelecehan seksual yang menimpa anak di bawah umur tersebut sangat memprihatinkan bagi masyarakat Aceh. Nevi Ariani kepala DP3A merincikan bahwa ada sebanyak 17 kasus pelecehan seksual anak di tahun 2016, 240 kasus tahun 2017, dan 203 kasus tahun 2018. Dari Angka yang semakin meningkat tersebut, Nevi menghimbau agar lingkungan keluarga menjadi benteng untuk ketahanan anak. “Pemerintah terus berupaya dalam menangani kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi selama ini. Di mana kita mengajak perlindungan itu harus dimulai dari sebuah keluarga,” kata Nevi di Banda Aceh. (Kumparan, Jumat, 9 Agustus 2019).
Ironisnya, pelaku kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan. Seperti kasus seorang pimpinan dan guru pesantren di Kota Lhokseumawe melakukan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur yang merupakan santri pesantren tersebut. Baru-baru ini ada juga kabar tentang pelecehan seksual terhadap tiga orang anak. Diberitakan pada tanggal 5 Desember 2019 oleh Serambinews. Bahwa seorang Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) tingkat kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, berinisial NZ, 34 tahun, ditangkap atas tuduhan pelecehan seksual terhadap tiga anak di bawah umur dan satu orang dewasa. Dan banyak kasus pelecehan seksual lainnya yang dapat dibaca di berbagai media.
Dari kasus-kasus pelecehan seksual yang semakin meningkat tersebut tidak menutup kemungkinan penyebabnya karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap anak, kemiskinan, lemahnya pengetahuan masyarakat, pengaruh media sosia, lemahnya penegakan hukum, dan pola asuh/pendidikan anak di rumah. Maka hal yang sangat mendasar untuk mengurangi dan menghindari faktor terjadinya pelecehan seksual terhadap anak dengan memberikan pembelajaran dan pendidikan seks kepada anak.
Yang harus dipahami oleh orang tua bahwa pendidikan seks ini bukan melulu berbicara persoalan hubungan seksual. Pendidikan seks dimaksud adalah upaya untuk meberikan pengajaran dan pemahaman serta informasi tentang seksualitas. Berbicara persoalan seks adalah berbicara tentang kelamin. Maka untuk memberikan pemahaman tentang seks kepada anak harusnya sesederhana memperkenalkan anggota-anggota tubuh manusia lainnya, seperti mulut, hidung, anus, dan sebagainya. Agar kita tidak merasa tabu untuk mengajarkan tentang seks atau kelamin ini anggaplah bahwa kelamin hanyalah salah satu bagian dari anggota tubuh kita, yang wajib dan harus dilindungi sama seperti anggota tubuh lainnya. Sehingga orang tua tidak perlu merasa sungkan atau enggan untuk membicarakan persoalan kelamin kepada anaknya. Artinya, jangan beranggapan dan berpikir bahwa pembahasan alat kelamin ini menjadi hal yang istimewa dan rahasia.
Rasa malu dan sungkan untuk membahas tentang seks ini bahkan akan membuat hal tersebut menjadi misterius, sehingga membuat anak akan penasaran dan mencari tahu sendiri, baik melalui media sosial yang telah mudah diakses atau bahkan mempraktekkannya untuk mendapatkan pemahaman yang dicari. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menyebutkan bahwa adanya peningkatan data kekerasan seksual terhadap anak di setiap tahunnya. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa salah satu faktornya karena pengaruh dunia digital. Pengaruh dunia digital ini sangat luar biasa bagi anak di bawah umur. Karena anak-anak akan terinspirasi dari konten pornografi yang mereka lihat di media sosial, internet, handphone dan sebagianya.
Jangan mempersulit cara pikir tentang pendidikan seks untuk anak. Tidak ada yang spesial pembelajaran seks kepada anak, jangan jadikan pendidikan seks bagi anak ini menjadi sulit untuk diajarkan. Anak-anak mungkin tidak akan bertanya persoalan seks dan berhubungan seks, tapi cepat atau lambat mereka harus paham persoalan ini. Jangan jadikan pembahsan ini menjadi tabu dan sulit bagi mereka. Biasanya anak-anak akan bertanya dari mana adik mereka berasal? Maka berikanlah jawaban yang mudah dan bisa dicerna oleh anak. Misalnya ajarkan anak-anak bahwa makhlup hidup adalah makhluk yang berkembang biak. Salah satu cara berkembang biak dengan melalui perkawinan, dalam hal manusia disebut dengan hubungan seksual. Hasil dari perkawinan ini akan melahirkan seorang adik bayi yang mungil. Berikan pemahaman bahwa manusia melakukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhannya, contoh makan, minum, tidur, bekerja, bergaul dengan teman, dan berhubungan seks hanya salah satu bagian dari kebutuhan tersebut. Namun setiap kebutuhan itu ada waktu dan tempat serta batasan-batasan untuk memenuhinya.
Pentingnya memberikan pemahaman dan pembelajaran tentang seks bagi anak untuk mereka belajar menghargai dan melindungi seluruh anggota tubuhnya. Tanamkan pemahaman kepada anak bahwa seluruh anggota tubuhnya wajib dilindungi dan dibentengi dari hal-hal yang tidak sepatutnya didapatkan. Anak harus paham tentang reproduksi agar mereka mampu menjalankan peran dan fungsi sosial di masyarakat dengan baik. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memberikan pendidikan seks bagi anak. Pertama, dengan bermain tebak-tebakan nama anggota tubuh dan fungsi-fungsinya. Berikan alat peraga seperti boneka atau gambar-gambar anggota tubuh, kemudian minta anak untuk menebak beserta fungsinya.
Kedua, bisa dengan manfaatkan momen saat memandikan anak atau menemaninya di toilet, misalnya mengenalkan alat kelamin beserta fungsinya dan bagaimana cara menjaganya. Ketiga, gunakan kesempatan saat anak sakit. Manfaatkan waktu tersebut untuk memeberikan mengetahuan tentang cara merawat seluruh anggota tubuh agar terhindar dari penyakit. Keempat, dampingi anak untuk menonton video yang memberikan edukasi anggota tubuh, pengenalan alat kelamin dan fungsinya. Kelima, berikan pemahaman kepada anak bahwa mereka mempunyai hak sepenuhnya atas dirinya sendiri. Dan mereka wajib melindungi dan menjaga tubuh mereka yang berharga dari sentuhan orang lain.
*Penulis merupakan mahasiswi Magister Prodi Hukum Islam Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Email:mery2304muis@gmail.com.