Oleh : Syawitri Rauziah*
Kata ‘Pemuda’, sangat identik dengan jiwa yang berapi-api, penuh semangat, optimisme tinggi, berambisi, penuh impian dan cita-cita. “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia”. Kata-kata dari Proklamator Indonesia tersebut mencerminkan betapa besarnya pengaruh dan peran pemuda dalam membangun daerah, bahkan bangsa ini.
Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini juga tidak terlepas dari peran para pemuda. Contohnya, pada tahun 1908 pemuda lah yang mempelopori berdirinya organisasi Budi Utomo sebagai tonggak awal perjuangan nasional. Tahun 1928 pemuda kembali mencetak sejarah baru melalui sumpah pemuda, tahun 1945 golongan muda lah yang memplopori perjuangan kemerdekaan, tahun 1966 para pemuda mampu mengakhiri kepemimpinan orde lama, dan pada tahun 1998 pergerakan yang didominasi oleh pemuda dengan hebatnya mampu menumbangkan orde baru.
Pemuda pada hari ini adalah revitalisasi agama dan bangsa di masa mendatang. Bahkan Allah SWT mengabadikan kisah Nabi Ibrahim ketika muda sebagai gambaran besarnya pengaruh pemuda dalam membangun peradaban. Sebagaimana yang tertuang di Firman-Nya dalam surah Al-Anbiya ayat 59-60. Yang artinya: Mereka berkata, “siapa yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sungguh, dia termasuk orang yang zalim”. Mereka yang lain berkata, “kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela (berhala-berhala ini), namanya Ibrahim”.
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa ketika Nabi Ibrahim muda, beliau sangat berani menentang kaum yahudi penyembah berhala bahkan beliau berani menghancurkan taghut tersebut. Nabi Ibrahim tidak mau melihat masyarakat di sekelilingnya dibodohi oleh keyakinan-keyakinan nenek moyang mereka. Selain itu, Rasulullah Saw juga sangat mempercayai pemuda. Seperti Usamah bin Zaid yang diberi kepercayaan oleh Baginda Rasul sebagai panglima perang padahal pada saat itu ia masih berumur 18 tahun.
Secara historis, banyak bukti-bukti yang menunjukkan keeksistensian pemuda dalam membangun peradaban. Pemuda merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya, dengan keahlian dan keterampilan yang mereka punya pasti dapat membangun suatu daerah menjadi lebih maju. Melalui Undang-undang nomor 40 tahun 2009, Negara Republik Indonesia juga mengatur tentang kepemudaan. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 3 dijelaskan “pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Aceh yang terkenal dengan syariat Islamnya yang kuat, diharapkan dapat menghasilkan pemuda yang berakhlakul karimah sesuai dengan nilai-nilai Islam serta mampu membangun Aceh menjadi lebih maju. Prinsip dalam membangun suatu daerah tentunya perlu sumber daya yang berkualitas, sehingga pembangunan daerah khususnya Aceh dapat tercapai dengan efektif dan efesien. Generasi muda memegang peran vital dalam pembangunan daerah, karena merekalah pemegang tonggak estafet kekuasaan Aceh nantinya. Sebagai pemegang estafet kepemimpinan yang akan datang, pemuda Aceh harus menjadi pilar penggerak dan pengawal jalannya pembangunan yang harus benar-benar berdasarkan pada kepentingan masyarakat dan pembangunan daerah.
Langkah awal dalam membangun daerah harus berorientasi pada upaya pembangunan SDM yang memiliki daya dukung terhadap pembangunan Aceh. Sejarah membuktikan, SDA tanpa SDM tidak akan menjadi apa-apa atau bahkan dapat menjadi bencana. Mengingat Aceh merupakan salah satu daerah terkaya sumber daya alamnya di Indonesia, maka peluang Aceh untuk menjadi daerah maju di tangan pemuda sangatlah besar. Di era industri 4.0 ini, akan terus menghadirkan banyak perubahan yang tak bisa dibendung.
Dengan berbagai potensi yang dimilikinya, SDA yang berlimpah, dan jumlah penduduk yang banyak, menjadi modal utama Aceh untuk bertransformasi menjadi daerah maju. Para pemuda Aceh tidah boleh hanya menjadi penonton saja, tapi harus ikut berperan serta untuk membangun Aceh, serta mampu survive dalam mengembangkan diri. Para pemuda harus dapat memanfaatkan teknologi yang semakin canggih ini untuk menciptakan inovasi-inovasi terbaru dan terbaik untuk membangun Aceh.
Dari sejarah yang ditorehkan oleh pemuda seyogyanya menjadi refleksi bangsa Indonesia, khususnya Aceh untuk dapat menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks. Oleh karena itu, sebagai aneuk muda mari bahu membahu untuk berperan serta dalam membangun Aceh sehingga tercapainya pembangunan yang lebih maju dan sejahtera. Bila Pemerintah Aceh dan pemudanya hanya berdiam diri tanpa berusaha mempersiapkan kreatifitas dan inovasi sesuai perkembangan zaman, maka Aceh kedepannya dipastikan akan gagal bersaing dan menjadi daerah yang semakin tertinggal. Upaya mewujudkan Aceh hebat dan sejahtera tentu hanya menjadi bualan pemanis tanpa makna.
*Penulis merupakan Mahasiswi Fakultas FISIP UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Email:syawitrirauziah@gmail.com.