SinarPost.com, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pengembangan industri batik agar produk yang dihasilkan semakin kompetitif hingga kancah global. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah menciptakan inovasi melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang).
“Beberapa unit litbang kami, telah menghasilkan berbagai alat yang dapat meningkatkan daya saing industri batik nasional,” kata kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Ngakan Timur Antara di Jakarta, Minggu (20/10/2019).
Ngakan menyebutkan, beberapa hasil litbang dan rekayasa yang telah dibuat oleh unit litbang di bawah BPPI Kemenperin, antara lain HAOP-Hybrid Advanced Oxidation Process (Pengolahan Air Limbah Teknologi Advance) dan Reaktor Silinder Elektro-Katalitik Alir Kontinyu (anoda: Ti/Pbo2) sebagai unit pengolah air limbah Industri Pewarna dari Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang.
Selanjutnya, Kain Tenun Desain Struktur Bermotif Batik dan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Dobby Elektronik dari Balai Besar Tekstil (BBT) Bandung. Sedangkan di Baristand Industri Padang, dilakukan penelitian pembuatan sediaan pewarna tekstil dari Gambir dan limbah Gambir, serta aplikasi dan pengembangan pigmen warna alam Gambir pada produk tekstil ramah lingkungan.
“Kemudian, mesin router kayu CNC, mesin celup warna kain model spiral, kompor cap & tulis yang telah diproduksi berbagai generasi, canting listrik, pint-art cap batik, Batik Analyzer dari Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Yogyakarta,” sebutnya.
Kemenperin mencatat, sebagian besar industri batik nasional adalah sektor industri kecil dan menengah (IKM). Saat ini, terdapat 101 sentra industri batik yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Barat. Sentra-sentra tersebut meliputi sebanyak 3.782 unit usaha industri batik yang telah menyerap tenaga kerja hingga 15.055 orang.