SINARPOST.COM, AMBON – Gempa bumi dengan kekuatan magnitude 6,5 Skala Richter (SR) yang mengguncang kawasan Ambon, Maluku, pada Kamis (26/9/2019) lalu pukul 21.53 WIT menewaskan 23 orang.
Jumlah korban tersebut berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, Jumat kemarin. Sementara korban luka-luka mencapai ratusan orang, dan ribuan warga mengungsi. Ratusan rumah dan sejumlah infrastruktur publik juga mengalami kerusakan termasuk beberapa bangunan kampus Universitas Pattimura dan IAIN Ambon.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ucapan duka cita atas korban meninggal dunia gempa Ambon. “Saya atas nama pribadi dan pemerintah mengucapkan turut berduka cita atas musibah yang menimpa saudara-saudara kita di Maluku dan sekitarnya,” ucap Presiden Jokowi kemarin.
Presiden Jokowi mengaku sudah memerintahkan kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Polri, dan Menteri Sosial untuk bergerak ke lapangan di tempat terjadinya gempa, untuk membantu saudara-saudara kita yang ada di Ambon.
“Bantuan juga sudah saya perintahkan segera dikirimkan. Bantuan berupa makanan, pakaian, dan obat-obatan juga sudah mulai dikirimkan,” jelas Presiden. Presiden meminta kepada Menteri Sosial untuk memberikan santunan. Sementara untuk korban yang luka-luka perawatannya akan ditanggung oleh pemerintah. Terkait kerusahan fisik akibat gempa ini, menurut Presiden, masih dilakukan pendataan secara detail.
Jangan Terprovokasi Hoax
Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menghimbau masyarakat agar tidak terpancing hoax (berita bohong) mengenai kemungkinan akan terjadinya gempa besar dan tsunami di Ambon, Teluk Piru, dan Saparua.
Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly mengatakan, hingga Jumat kemarin, hasil monitoring BMKG terhadap Gempabumi Kairatu, Ambon, dan Haruku berkekuatan M=6,5 yang terjadi pada 26 September 2019 menunjukkan telah terjadi 264 kali dengan magnitudo terbesar M=5,6 dan terkecil M=3.0.
“Secara statistik, frekuensi kejadian gempa cenderung semakin mengecil,” kata Sadly dalam siaran persnya, Jumat (27/9).
Mengenai isu akan terjadinya gempa besar di Ambon, Teluk Piru, dan Saparua, Deputi Bidang Gefisika BMKG itu dengan tegas membantahnya. Menurutnya, hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempabumi dengan tepat, dan akurat kapan, di mana dan berapa kekuatannya.
“Untuk itu masyarakat diimbau agar tidak terpancing isu atau berita bohong yang beredar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” pinta Sadly.
Terkait informasi gempabumi dan tsunami, Sadly meminta masyarakat memastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (https://www.bmkg.go.id) atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (iOS dan Android): WRS-BMKG (user: pemda, password: pemda-bmkg) atau InfoBMKG.
“Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” ucap Sadly.