SINARPOST.COM, IRAN | Perebutan kapal tanker minyak milik Inggris di Selat Hormuz adalah sinyal bahwa kesabaran Iran telah habis, karena tidak adanya tindakan Eropa selama lebih dari setahun setelah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir. Demikian kata para analis kepada Russia Today, Sabtu (20/7/2019).
“Sebelum Mei, Iran melakukan pengekangan ekstrim meskipun ada sanksi AS dan frustrasinya dengan kegagalan Eropa untuk mengimbangi kerugian yang mereka sebabkan,” kata Hamed Mousavi, Profesor Ilmu Politik di Universitas Teheran.
“Selama satu tahun Teheran tidak melakukan apa-apa dan mematuhi perjanjian nuklir dengan harapan bahwa Eropa dapat mencarikan solusi ekonomi dengan mekanisme yang memungkinkan Iran untuk menghindari sanksi AS,” tambahnya.
Mousavi menyebutkan, dengan menolak untuk menahan lebih lama lagi, Iran ingin mengirim sinyal yang jelas ke Inggris, terutama kepada Amerika bahwa Teheran memiliki cara dan kekuatan untuk menanggapi tekanan dan agresi.
“Tindakan Iran juga merupakan tanggapan atas peningkatan militer AS di depan pintu Timur Tengahnya,” sebut Mousavi merujuk pada penumpukan militer AS dalam skala besar di dekat Selat Hormuz.
Jurnalis Iran dan pakar Timur Tengah, Abbas Aslani sepakat dengan Mousavi bahwa penarikan AS lah yang memicu krisis di Teluk Persia, bersamaan dengan tidak adanya tindakan Eropa untuk membantu Iran keluar dari sanksi AS.
“AS mungkin akan menunjukkan aksi militernya di Teluk Persia, tetapi kemungkinan tidak ingin terlibat dalam perang besar dengan Iran, terutama dengan pemilihan Presiden AS yang semakin dekat. Selain itu, karena Iran telah mengancam AS bahwa itu tidak akan menjadi perang singkat,” sebut Abbas.
Sebelumnya Iran telah memperingatkan Presiden AS Donald Trump bahwa tidak akan ada perang singkat jika Amerika menyerang negara para Mullah itu. Iran akan menyerang pangkalan militer AS dan kepentingannya di seluruh Timur Tengah.
Seperti diketahui, ketegangan di Teluk Persia yang merupakan pintu gerbang masuk negara Republik Islam Iran terus memanas. Bila sebelumnya Iran terlibat konfrontasi dengan Amerika Serikat (AS), kini negara para Mullah itu terlibat friksi dengan Inggris — sekutu AS.
Baru-baru ini pasukan Iran dilaporkan menahan dua kapal minyak Inggris di Selat Hormuz, yang diklaim negara Persia itu telah melanggar ketentuan internasional. Tindakan Iran tersebut tidak terlepas dari aksi balasan karena sebelumnya Inggris menahan kapal tanker raksasa Iran, Grace 1 di perairan Gilbraltar.
Teheran dan London telah terkunci dalam pertikaian sengit sejak kapal tanker raksasa Iran, Grace 1 yang membawa minyak mentah Iran ditangkap oleh marinir Inggris di Selat Gibraltar karena dicurigai hendaka ke Suriah yang melanggar sanksi Uni Eropa.
Teheran membantah tuduhan itu sambil menyebut pembenaran penahanan kapalnya di Gibraltar itu menggelikan. Iran juga menuduh Inggris bertindak atas nama AS. Washington telah lama berusaha untuk menekan Teheran ke dalam konsesi pada program nuklir dan misilnya, sementara berulang kali bersumpah untuk menurunkan ekspor minyaknya Iran ke nol dengan sanksi.
Klimaks ketegangan antara Iran dan AS adalah saat pasukan elit Iran menembak jatuh pesawat pengintai canggih AS di atas Selat Hormuz.