SinarPost.com – Retorika permusuhan Donald Trump terhadap Republik Islam Iran terus berlanjut di sisa masa jabatannya sebagai Presiden AS. Kebijakan Trump yang kejam terhadap lawannya serta sulit diprediksi, membuat banyak pihak khawatir bahwa Trump berpotensi menyerang Iran di sisa kepemimpinannya yang hanya tinggal dua bulan lagi.
Bahkan beberapa hari lalu, Trump berencana menyerang situs nuklir Iran, namun ambisinya itu gagal setelah mendapat penolakan dari penasehat dan orang-orang terdekatnya. Andai tak ada kekhawatiran dari penasehatnya akan pecahnya perang skala besar di Timur Tengah, mungkin saja Trump akan meledakkan situs nuklir utama Iran.
Setelah sepekan rencana gagal Trump tersebut berlalu, baru-baru ini dilaporkan bahwa militer Israel sedang membuat persiapan atas kemungkinan serangan AS tehadap Iran. Hal ini dilaporkan oleh Barak Ravid dalam artikel baru di Axios sebagaimana dikutip Al-Masdar News, Rabu (25/11/2020).
Menurut Ravid, militer Israel telah diinstruksikan untuk mempersiapkan kemungkinan serangan AS terhadap Republik Islam Iran sebelum Presiden AS Donald Trump meninggalkan jabatannya.
Ravid yang mengutip pejabat Israel mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meningkatkan keamanan dalam persiapan untuk kemungkinan pembalasan Iran melalui pasukan sekutunya di Suriah, Hamas di Gaza (Palestina) dan Hizbullah di Lebanon.
“Pejabat senior Israel mengatakan kepada saya bahwa mereka berharap Israel akan mendapatkan pemberitahuan lebih awal sebelum serangan AS terhadap Iran. Tapi mereka khawatir itu tidak akan cukup untuk mempersiapkan diri sepenuhnya. Maka dari itu perintah kepada IDF untuk mulai mengambil langkah-langkah persiapan dengan asumsi skenario seperti itu mungkin terjadi,” tambah Ravid.
Pernyataan pejabat Israel ini muncul hanya beberapa hari setelah New York Times melaporkan bahwa Trump sedang mempertimbangkan serangan terhadap Iran, yang tidak diragukan lagi akan meningkatkan ketegangan dan berpotensi menyebabkan perang besar antara kedua negara.
Kemungkinan Trump akan menyerang Iran dapat dilihat dari aksi AS yang menumpukkan armada tempurnya dalam skala besar ke Timur Tengah. Minggu lalu Trump telah memindahkan skuadron jet tempur F-16 yang berbasis di Jerman ke Pangkalan Udara Al-Dhafra di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA).
Kemudian pada Selasa (24/11/2020) Trump juga mengerahkan unit pesawat pengebom nuklir B-52 ke Timur Tengah sebagai bentuk peringatan untuk Iran. Penumpukan perangkat militer kelas berat AS ini jelas menjadi pesan kuat terhadap Iran. Melihat Iran yang juga punya kekuatan militer mumpuni serta memiliki sekutu di beberapa negara, tentunya sedikit ada percikan api baik oleh AS maupun Iran maka dengan cepat akan membakar seluruh kawasan Timur Tengah, terutama Israel dan negara yang menampung militer AS.
Selama kepemimpinan Trump, AS dan Iran sejatinya sudah beberapa kali nyaris terlibat perang. Pertengahan tahun 2019 lalu, Trump juga berencana menyerang Iran sebagai respon atas tindakan Iran yang menembak jatuh drone canggih milik pasukan AS, RQ-4 Global Hawk di atas perairan selat Hormuz. Saat itu Trump telah memerintahkan pasukannya untuk bersiap menyerang Iran namun dibatalkan di menit-menit terakhir.
Kemudian pada Januari 2020, militer AS melakukan serangan pesawat tak berawak yang menewaskan komandan Pasukan Quds Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani dan Wakil Pemimpin Unit Mobilisasi Populer Irak, Abu Mahdi Al-Mohandis, di dekat Bandara Internasional Baghdad.
Serangan ini memicu aksi balasan Iran dengan menyerang dua pangkalan militer AS di Irak. Serangan rudal Iran ini menghancurkan properti milik AS seperti bangunan, peralatan militer, serta mencederai puluhan tentaranya.