SinarPost.com, Yerevan – Lebih dari 60 orang ditangkap selama protes anti-pemerintah di ibu kota Armenia, Yerevan, pada Kamis (12/11/2020), menyusul kesepakatan damai dengan Azerbaijan yang mengakhiri konflik bersenjata selama sebulan lebih di Nagorno-Karabakh.
Ribuan orang berkumpul di Lapangan Kebebasan di Yerevan dan meminta Perdana Menteri Nikol Pashinyan untuk mengundurkan diri.
Mereka yang ditangkap antara lain Gagik Tsarukyan, pemimpin Partai Armenia Sejahtera, mantan wakil ketua parlemen Ara Sahakian dan Eduard Sharmazanov serta mantan Direktur Dinas Keamanan Nasional Artur Vanetsyan.
Protes anti-pemerintah telah berlangsung sejak Azerbaijan dan Armenia menandatangani perjanjian untuk menghentikan pertempuran di Nagorno-Karabakh pada 10 November.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dalam pidato kepada rakyatnya, mengatakan bahwa Armenia dan rakyatnya sedang menghadapi hari-hari genting.
“Ada kesedihan di hati kita semua, air mata di mata kita semua, rasa sakit di jiwa kita semua,” ungkap Pashinyan.
“Lebih dari 20.000 tentara dan perwira Armenia bisa saja menemukan diri mereka dikepung oleh pasukan musuh, secara pasti menghadapi kemungkinan dibunuh atau ditangkap jika kesepakatan itu belum ditandatangani,” pungkasnya.
Konflik dan Kesepakatan Damai
Hubungan antara kedua negara bekas Uni Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Upper Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.
Bentrokan baru meletus pada 27 September, dan tentara Armenia melanjutkan serangannya terhadap pasukan dan warga sipil Azerbaijan, bahkan melanggar perjanjian gencatan senjata kemanusiaan selama 44 hari.
Baku telah membebaskan sejumlah kota serta hampir 300 pemukiman dan desanya dari pendudukan Armenia.
Sebelum perang Karabakh kedua, sekitar 20 persen wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade.
Pada 10 November, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran dan berupaya mencapai solusi yang komprehensif.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memuji perjanjian itu sebagai kemenangan bagi negaranya dan kekalahan bagi Armenia.
Aliyev mengatakan bahwa keberhasilan militer Baku memungkinkannya mendapatkan keunggulan untuk mengakhiri pendudukan selama tiga dekade di wilayahnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Pashinyan mengatakan dia telah menandatangani kesepakatan menyakitkan yang tak terkatakan yang memungkinkan Azerbaijan mengklaim kendali atas wilayah yang direbutnya kembali dalam pertempuran itu.
Pemerintah Turki yang menyokong Azerbaijan.juga menyambut baik gencatan senjata yang dimediasi Rusia tersebut, dan menyebutnya sebagai kemenangan besar bagi Azerbaijan.
Sumber : Anadolu Agency