SinarPost.com, Yerevan – Armenia mulai melunak setelah terlibat perang sengit dengan Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh. Pemerintah Armenia mengatakan siap melakukan dialog dengan mediator internasional untuk mencapai gencatan senjata dengan Azerbaijan.
Seperti diketahui, Kedua negara terlibat perang sejak hari Minggu lalu untuk memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri dari Azerbaijan, dan dikendalikan oleh etnis Armenia yang mendominasi wilayah tersebut.
“Armenia siap untuk terlibat dengan Prancis, Rusia dan Amerika Serikat, yang menjadi ketua bersama kelompok mediator untuk membangun kembali gencatan senjata,” kata Kementerian Luar Negeri Armenia dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (2/10/2020) sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Namun, Kemenlu Armenia menegaskan bahwa “agresi terhadap Nagorno-Karabakh akan terus menerima tanggapan yang kuat dan tegas”.
Hasrat pembicaraan damai itu muncul setelah pejabat etnis Armenia di wilayah Nargorno-Karabakh melaporkan 54 kematian terbaru dari pasukan yang didukung Armenia.
Meskipun pernyataan Armenia menandai bahwa dialog dapat dilakukan, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa Azerbaijan menyetujui gencatan senjata dengan syarat Armenia harus menarik pasukannya dari Nagorno-Karabakh. Hal itu disampai Menlu Turki pada konferensi pers bersama dengan mitranya dari Italia, Luigi Di Maio.
“Jika komunitas internasional ingin melakukan sesuatu tentang Karabakh Atas, mereka harus membuat Armenia segera meninggalkan tanah Azerbaijan,” kata Cavusoglu, menambahkan bahwa Turki akan mendukung upaya apa pun ke arah ini.
Ribuan Tentara Tewas
Perang antara Armenia dan Azerbaijan telah membunuh ribuan tentara, dan warga sipil dari keduanya. Namun belum ada data resmi mengenai jumlah korban yang pasti, meski kedua negara mengklaim telah membunuh ribuan tentara satu sama lain.
Kementerian Pertahanan Armenia dalam keterangannya menyebut militer Armenia telah berhasil membunuh 1.750 tentara Azerbaijan dalam pertempuran yang terjadi sejak hari Minggu (27/9) lalu.
Selain itu, militer Armenia juga mengklaim telah menghancurkan satu peluncur roket berat Smerch, menembak jatuh 10 helikopter dan 5 pesawat serta 107 drone, serta menghancurkan 205 tank baja milik Azerbaijan.
Sementara klaim Kementerian Pertahanan Azerbaijan yang dirilis pada Kamis (1/10/2020) menyebut, pasukannya telah membunuh 2.300 tentara Armenia, menghancurkan satu sistem rudal canggih S-300 buatan Rusia, kemudian 200 tank dan kendaraan lapis baja, 228 instalasi artileri, dan ratusan item militer milik angkatan bersenjata Armenia lainnya.
Armenia sejauh ini juga telah kehilangan 1 jet tempur Sukhoi-25 di wilayah yang disengketakan tersebut. Armenia menuduh jet tempur-nya itu ditembak jatuh oleh F-16 Turki. Namun tuduhan tersebut dibantah keras oleh Ankara dan Baku.
Kekuatan Regional
Perang antara Armenia dan Azerbaijan di Nogorna-Karabakh dikhawatirkan akan meluas menjadi perang multi-front habis-habisan yang dapat menyeret kekuatan regional, Turki dan Rusia. Turki adalah pendukung terkuat Azerbaijan di kancah internasional, sementara Rusia memiliki pangkalan militer di Armenia.
Armenia telah menuduh Ankara memasok pejuang dari Suriah ke Azerbaijan untuk bertempur dalam konflik tersebut. Tuduhan tersebut dibantah keras oleh Turki dan Azerbaijan.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, pada hari Jumat telah menyatakan “keprihatinan serius” atas laporan keterlibatan pejuang asing dalam konflik tersebut.