SinarPost.com, Ankara – Turki mengecam keras pernyataan tujuh negara Uni Eropa yang mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Ankara, di tengah kebuntuannya dengan Yunani atas energi dan hak maritim di Laut Mediterania Timur.
Kementerian Luar Negeri Turki pada Jumat (11/9/2020) mengatakan, ancaman sanksi yang diumbar oleh Prancis, Italia, Malta, Portugal, Spanyol, Yunani dan Siprus, sama sekali tidak mendasar. Menurut Kemenlu Turki, negara-negara Uni Eropa itu telah mengadopsi sudut pandang yang tidak sesuai kenyataan, bias, dan tidak memiliki dasar hukum.
Reaksi Turki tersebut menyusul pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, dkk, pada Kamis di Corsica, dimana para pemimpin tujuh negara dimaksud mengatakan mereka siap untuk mendukung sanksi Uni Eropa terhadap Turki jika Ankara menghindari dialog.
Yunani – yang dalam hal ini sangat diuntungkan – menggarisbawahi akan pentingnya sanksi terhadap Turki. Perdana Menteri (PM) Yunani, Kyriakos Mitsotakis mengatakan dalam sebuah opini pada Kamis bahwa Uni Eropa harus menjatuhkan sanksi kepada Turki kecuali Ankara menarik aset maritimnya dari wilayah sengketa di Mediterania Timur.
“Jika Turki menolak untuk melihat akal sehat … Saya tidak melihat pilihan selain untuk sesama pemimpin Eropa untuk menjatuhkan sanksi yang berarti. Karena ini bukan lagi hanya tentang solidaritas Eropa. Ini tentang mengakui bahwa kepentingan vital, kepentingan strategis Eropa sekarang. Jika Eropa ingin menggunakan kekuatan geopolitik yang sebenarnya, ia tidak mampu untuk menenangkan Turki yang berperang, “tulis Mitsotakis.
Ketegangan telah berkobar antara dua negara NATO, Turki dan Yunani setelah Ankara mengirim kapal survei untuk memetakan kemungkinan prospek pengeboran minyak dan gas di perairan teritorial yang diklaim oleh Yunani dan Siprus.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy mengatakan bahwa Yunani harus “duduk tanpa syarat di meja perundingan dengan Turki”, menyerukan Athena untuk menarik kapal militernya dari sekitar kapal survei Oruc Reis Turki.
Sumber : Al Jazeera