SinarPost.com – Kepergian Panglima Operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Peureulak, Aceh Timur, Ishak Daud, kini telah memasuki tahun ke-16 setelah gugur dalam baku tembak dengan TNI 2004 silam. Ia dikebumikan di Desa Blang Glumpang, Kuala Idi Rayeuk, Aceh Timur.
Penyerahan jenazah dari pihak TNI kepada keluarga dilakukan pada Jumat (10/9/2004) malam, di pos TNI Alue Batee, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur. Selain Ishak Daud, dalam pertempuran ini, satu anggota TNI juga tewas dan 3 terluka.
Ishak Daud Menggugat Indonesia
Ishak Daud Lahir di Idi Rayeuk, Aceh Timur, 1960. Ia pernah ditangkap TNI karena menyerang pos ABRI Masuk Desa (AMD) dan merampas 21 pucuk senjata milik TNI pada Maret 1990 di Buloh Blang Ara, Lhokseumawe.
Saat persidangan kasus itulah namanya menjadi fenomenal ketika bersikukuh untuk tidak mau diadili atas nama Pengadilan Indonesia, “Ku lawan pemerintah nyoe, bendera ku peu’ek uroe nyoe (Akan ku lawan pemerintah ini, bendera ku kibarkan hari ini)”.
Demikian ucap Ishak sambil membalut dirinya dengan selembar Bendera Bulan Bintang dan mengikat kepalanya dengan kain bertuliskan “Aceh Merdeka” seraya membaca Nota Pembelaannya dengan lantang: “ISHAK DAUD MENGGUGAT INDONESIA” dalam ruang persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Lhokseumawe.
Semasa hidupnya, Ishak Daud mengangkat senjata bergerilya untuk memerdekakan Aceh dari Indonesia. Perjuangan heroik Ishak Daud untuk melawan Pemerintah RI, tidak dibekali dengan pendidikan tinggi, panglima GAM itu hanya sekolah sampai kelas V SD.
Tetapi pria yang akrab disapa Abusyik itu selain dikenal tampan, ia juga sosok yang cerdas, berkharisma, memiliki pengetahuan luas dan cakap berbicara. Setelah resmi bergabung dengan GAM pada tahun 1987, Ishak mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan semi-komando di Libya selama satu tahun.
Hingga akhirnya ia Syahid bersama istri keduanya (Rostina) dalam kontak senjata selama kurang lebih dua jam di Alue Nireh, Aceh Timur, pada 8 September 2004.
Hari ini, tepat 16 tahun ia pergi untuk selama-lamanya, mencapai kemerdekaan yang sesungguhnya, menghadap Allah SWT. Selamat jalan, Panglima!.