SinarPost.com – 17 Agustus merupakan tanggal yang istimewa bagi Bangsa Indonesia, karena pada tanggal tersebut rakyat Indonesia terbebas dari cengkeraman penjajahan Jepang dan Belanda alias merdeka. Dan hari ini, Senin (17/8/2020) merupakan hari Kemerdekaan negara kita tercinta, Republik Indonesia (RI) yang ke-75.
Hari ini rakyat Indonesia di seluruh seantero Nusantara boleh berbangga diri dengan memperingati 75 tahun Indonesia merdeka. Namun taukah anda kalau Aceh adalah daerah yang paling berjasa dalam menjaga eksistensi Indonesia sebagai negara yang merdeka.
Kemerdekaan Indonesia memang buah dari perjuangan seluruh masyarakat di Nusantara, tapi Rakyat Aceh lah yang menyelamatkan Bangsa Indonesia, hingga setiap tanggal 17 Agustus bisa kita peringatinya. Tanpa Aceh, atau dulunya Aceh memilih berdiri sendiri sebagai negara merdeka tanpa menghiraukan Indonesia, mungkin kita tidak akan bisa menyaksikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) seperti sekarang ini. Entah masih dalam kungkungan penjajahan Belanda atau setiap provinsi seperti saat ini mungkin sudah menjadi negara tersendiri.
Lantas apa kehebatan dan sumbangsih Aceh untuk Indonesia? Berikut uraiannya:
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Buah kegigihan perjuangan rakyat Indonesia di seluruh Nusantara selama bertahun-tahun adalah terbebas dari belenggu penjajahan Belanda dan Jepang. Pada 17 Agustus 1945, Soekarno (Presiden RI pertama), dkk, memproklamirkan kemerdekaan Indonesia yang berdaulat, namun taukah anda apa yang terjadi empat tahun kemudian, Indonesia kembali dikuasia Belanda. Ya, pada akhir tahun 1948, Belanda yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II kembali masuk ke Indonesia, dan melakukan serangan terhadap seluruh basis pertahanan tentara Indonesia yang masih rapuh.
Serangan tersebut membuat Yogyakarta, Ibu kota Indonesia saat itu dapat dengan mudah dikuasai Belanda, hingga Soekarno, Mohammad Hatta, dan tokoh-tokoh penting lainnya berhasil ditangkap. Parahnya lagi, pada tahun 1949, Belanda berhasil menaklukkan seluruh wilayah Indonesia, kecuali Aceh. Saat itu, Belanda lewat propagandanya memberitahukan ke seluruh dunia bahwa Indonesia tidak ada lagi dan kembali menjadi negara jajahannya.
Tapi apa yang dilakukan Aceh kala itu, rakyat yang mendiami daerah berjuluk Serambi Mekkah itu dengan gagah beraninya terus memberi perlawanan di wilayah perbatasan di Sumatera Utara. Dengan kegigihan perjuangan rakyatnya, Belanda gagal menaklukkan Aceh. Kemudian lewat Radio Rimba Raya, rakyat Aceh membatalkan berita propaganda Belanda yang menyebut Indonesia tidak ada lagi. Pejuang Aceh dengan gagahnya memberitahukan kepada dunia bahwa Indonesia masih ada, dan tetap menjadi negara merdeka dan berdaulat.
Suara pejuang Aceh yang menyatakan Indonesia masih ada melalui Radio Rimba Raya dapat ditangkap jelas oleh sejumlah radio di Semenangjung Melayu (Malaysia), Singapura, Vietnam dan Filipina, bahkan Australia dan Eropa. Alhasil, banyak negara dunia mengabaikan Belanda dan dengan tegas mengakui kemerdekaan Indonesia kembali. Rakyat Aceh lewat Radio Rimba Raya memberi pukulan “KO” bagi Pemerintahan Belanda kala itu. Indonesia pun selamat, dan tetap menjadi negara merdeka dan berdaulat sampai saat ini.
Apakah perjuangan rakyat Aceh untuk kemerdekaan Indonesia sampai disitu saja, tidak. Ada sejumlah kontribusi besar lainnya yang diberikan rakyat Aceh untuk Indonesia, yang mungkin saat ini mulai dilupakan. Sebagai Bangsa Besar yang didalamnya mengalir darah para pejuang, sejatinya Indonesia tidak boleh lupa akan sejarah, jangan pula sombong dengan tidak mengakui peran besar rakyat Aceh. Lalu apa jasa-jasa Aceh lainnya untuk Indonesia?
Menjadi Donatur Kemerdekaan Indonesia
Kontribusi rakyat Aceh yang satu ini mungkin tidak banyak yang tahu. Ketika Belanda dan Jepang menjajah Indonesia, Aceh tidak sepenuhnya dikuasai oleh kedua negara penjajah tersebut, sehingga ekonomi rakyat Aceh tetap berjalan. Saat Indonesia masih berada dalam kegelapan penjajahan, Aceh sejatinya dapat dengan mudah mendeklarasikan diri sebagai negara merdeka, tapi hal ini tidak dilakukan. Aceh lebih memilih setia berjuang bersama rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Saat Indonesia masih tertatih-tatih dalam perjuangan kemerdekaan, tokoh-tokoh penting Aceh yang dikenal dermawan selalu membantu perjuangan Indonesia. Bantuan-bantuan dana dari orang-orang Aceh mengalir hingga dipakai untuk operasional Pemerintah Indonesia, termasuk membiayai H. Agus Salim dan rombongan agar bisa mengikuti Konferensi Asia di New Delhi pada tahun 1947. Tanpa bantuan dari rakyat Aceh, mungkin perjuangan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia semakin susah, maklum saat itu Indonesia masih sangat rawan.
Sumbang Pesawat untuk Indonesia
Indonesia saat ini adalah negara yang sangat kaya akan hasil alamnya, meski rakyatnya menjerit akibat banyaknya pejabat yang korup. Namun saat perjuangan kemerdekaan tentu kekayaan alam tersebut belum ditemukan dan bila ada tentunya belum bisa dikelola. Selain terkendala SDM, peralatan dan modal, saat itu fokus pemerintahan juga belum sampai tahap itu, Indonesia masih berjuang bagaiman kemerdekaan benar-benar terjaga. Lalu, ke mana Pemerintah Indonesia mencari bantuan saat dibutuhkan secara mendadak? Jawabannya tentu saja Aceh.
Pada tahun 1948, Soekarno merasa membutuhkan pesawat demi memudahkan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Karena sudah mendesak, akhirnya Soekarno datang ke Aceh untuk mengemis agar dibelikan pesawat. Setelah patungan, akhirnya rakyat Aceh membelikan pesawat untuk mempermudah langkah Pemerintahan Indonesia kala itu. Ada dua pesawat yang berhasil dibeli dari dana patungan rakyat Aceh tersebut, dan pesawat ini perannya amat vital bagi perjuangan Indonesia. Pesawat sumbangan rakyat Aceh itu juga menjadi cikal bakal lahirnya maskapai penerbangan nasional, yaitu Garuda Indonesia.
Jasa-jasa Rakyat Aceh Lainnya
Tiga jasa besar Aceh yang diuraikan di atas tersebut merupakan hal yang sangat mendesak dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya masih banyak lagi sumbangan Aceh untuk Indonesia, seperti menyumbang sebuah kapal laut untuk Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang didaftarkan dan mendapat nomor lambung PPB 58 LB. Kapal ini berfungsi dalam melakukan penyelundupan senjata dari luar negeri ke Indonesia selanjutnya didistribusikan kepada tentara Indonesia untuk melawan tentara kolonial Belanda.
Kemudian saudagar Aceh bernama Teuku Markam menyumbang 28 dari 38 kilogram emas di puncak tugu Monas yang terletak di pusat Ibukota Jakarta. Monas adalah representasi perjuangan bangsa Idonesia. Sumbangan emas Teuku Markam tersebut kalau dikonversi menjadi uang saat ini dengan harga emas per-gram Rp 500 ribu, maka Teuku Markam mengeluarkan sekitar Rp 14 triliun. Sebuah angka yang sangat besar.
[SinarPost.com/Dari Berbagai Sumber]