SinarPost.com, Ankara – Pemerintah Turki dilaporkan mengirim sebuah kapal perang cangih jenis Fregat ke pantai Libya dalam kampanyenya mendukung pasukan Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) yang diakui PBB untuk menumpas pemberontak Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Jenderal Haftar yang didukung Mesir, Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi – serta Prancis dan Rusia.
Menurut situs web pemantauan konflik, Bulgarianmilitary.com, sebagaimana dilansir Al Masdar News mengabarkan, Fregat militer Turki telah dikerahkan ke pantai Libya untuk membantu pasukan GNA memukul mundur LNA.
Situs tersebut melaporkan bahwa Angkatan Laut Turki mengirim Fregat Kategori III ke perairan teritorial Libya, mengutip sumber-sumber Turki yang mengatakan bahwa tujuan Fregat adalah untuk memberikan dukungan kepada GNA melawan pasukan Tentara Nasional Libya (LNA) di dekat pelabuhan Sirte.
Sirte adalah tempat pelabuhan ekspor minyak utama Libya, aset strategis paling penting Haftar – yang kini hampir sepenuhnya direbut pasukan GNA dukungan Turki.
Menurut situs itu, Fregat yang dikerahkan Turki adalah versi terbaru dari Fregat rudal berpemandu Angkatan Laut AS Oliver Hazard Perry Kelas 1, dan terutama dirancang untuk pertahanan udara dengan senjata yang telah ditingkatkan untuk perang habis-habisan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mempertimbangkan dalam sebuah pernyataan pers kemarin bahwa pemimpin Tentara Nasional Libya, Field Marshal Khalifa Haftar, akan “keluar dari persamaan kapan saja” di Libya.
Sejak mendapat dukungan dari militer Turki, Pasukan GNA kini telah mematahkan serangan pasukan pemberontak pimpinan Haftar selama 14 bulan terakhir terhadap sejumlah kota strategis termasuk Ibukota Tripoli. Saat ini Pasukan GNA berhasil memukul mundur pasukan Haftar dari Tripoli hingga Sirte.
Sirte sendiri adalah kota kelahiran mantan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi dan pemukiman besar terakhir sebelum batas tradisional antara barat dan timur Libya – yang masing-masing dikuasai GNA dan LNA.
Pasukan LNA pimpinan Haftar menguasai kota Sirte di Mediterania tanpa perlawanan pada Januari lalu setelah salah satu milisi lokal berafiliasi dengan Jenderal Haftar.