SinarPost.com, Damaskus – Militer Suriah telah menetapkan kendali penuh atas semua wilayah di sekitar Aleppo untuk pertama kalinya sejak 2012 dikuasai pemberontak. Keberhasilan ini juga mengakhiri penembakan teroris di kota terbesar kedua negara itu.
Sebanyak 23 desa di barat dan utara Kota Aleppo telah dibebaskan, ketika para pejuang dari kelompok Hayat Tahrir al-Sham (sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra) melarikan diri dari posisi mereka. Demikian diberitakan Russia Today mengutip media setempat.
Kabar kekalahan teroris oleh pasukan pemerintah mendorong perayaan besar-besaran di Aleppo. Warga ramai-ramai turun ke jalan dan mengibarkan bendera nasional Suriah, sementara para pengemudi membunyikan klakson mobil mereka.
Aleppo dibebaskan pada tahun 2016 dalam operasi bersama oleh pasukan Suriah dan Rusia, tetapi militan anti-pemerintah tetap bersembunyi di pinggiran kota dan desa-desa terdekat. Dari sana, mereka menembaki kota dengan mortir secara teratur, menyebabkan kerusakan luas dan kematian warga sipil.
Idlib Kian Membara
Dengan dikuasainya Aleppo, wilayah lain yang di Suriah yang masih menjadi arena perang antara pasukan pemerintah dan pemberontak adalah Idlib. Idlib menjadi kantong terakhir tempat persembunyian pemberontak yang sejak 2011 silam berusaha menggulingkan Presiden Bashar Al-Assad.
Meski mendapat dukungan penuh dari negara-negara barat, namun upaya penggulingan Assad telah gagal total. Pasukan Assad yang mendapat dukungan penuh dari Rusia dan Iran telah mengambil kendali hampir seluruh wilayah yang sebelumnya dikuasai pemberontok.
Fokus Pasukan Suriah saat ini adalah mengusir pemberontak di wilayah Idlib, yang menjadi benteng terakhir pemberontak. Namun upaya Pemerintah Suriah terhambat karena intervensi Turki yang mendukung pasukan pemberontak (pasukan oposisi). Wilayah Idlib pun kini semakin mencekam.
Awal 2020, antara pasukan Pemerintah Suriah dan tentara Turki beberapa kali terlibat pertempuran yang mematikan di kedua belah pihak, meski mendapat ancaman dari Erdogan, namun Pemerintah Suriah tetap ingin menumpas pemberontak hingga ke akar-akarnya dan membebaskan seluruh tanah Suriah dari pemberontak.
Langkah Presiden Bashar Al-Assad ini mendapat dukungan penuh dari sekutu utamanya, Rusia. Kremlin akan mendukung perang Suriah melawan terorisme di Idlib meskipun ada permintaan Presiden AS Donald Trump untuk menghentikannya.
Moskow telah berjanji untuk melanjutkan perjuangannya melawan terorisme di Provinsi Idlib Suriah bersama Damaskus, meskipun ini tidak sesuai dengan visi Washington untuk menyelesaikan krisis.
Baik Angkatan Bersenjata Rusia dan para penasihat negara itu akan “mendukung angkatan bersenjata Republik Arab Suriah dalam perang mereka melawan terorisme,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam sebuah briefing pada 17 Februari, sebagaimana dilansir Russia Today.