SinarPost.com, Banda Aceh – Pimpinan Dayah Babussalam Matang Kuli yang juga Ketua Tastafi Kabupaten Aceh Utara, Tgk H. Sirajuddin Hanafi (Waled Sirajuddin) melakukan ‘peusijuek’ anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) asal Dapil V (Aceh Utara – Lhokseumawe).
Acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan Ikatan Pemuda Aceh Utara (IPAU) Banda Aceh, selain silaturrahmi, perayaan Maulid Nabi dan santuna anak yatim. Acara ini berlangsung di Asrama Haji Banda Aceh, Sabtu (8/2/2020).
Selain melakukan peusijuek anggota DPRA Dapil V, dalam kesempatan tersebut, Ketua Tastafi Aceh Utara Waled Sirajuddin juga mengisi tausiah Peringatan Lahirnya Nabi Besar Muhammad SAW.
Adapun anggota DPRA asal Dapil V yang hadir dalam acara yang digagas oleh IPAU tersebut antara lain Tarmizi ‘Panyang’ (Partai Aceh/Ketua Fraksi), Mawardi (Partai Aceh), Ridwan Yunus (Partai Gerindra), Muslim Syamsuddin (Partai SIRA/Fraksi Partai Aceh), dan Armiadi (Partai PKS).
Membangun Umat dan Agama
Seusai acara peusijuek 5 anggota DPRA tersebut, Waled Sirajuddin turut mengajak semua elemen masyarakat Aceh Utara dimana pun berada untuk sama-sama memikirkan pembangunan Aceh Utara, terutama dalam hal agama dan pembangunan akhlak generasi muda.
“Masalah agama dan pembangunan akhlak umat bukan hanya tanggung jawab Ulama, Tgk-tgk Dayah, pesantren, dan Dinas Pendidikan Dayah. Masalah agama juga bukan hanya tanggung jawab pribadi setiap individu, tapi ini adalah tanggung jawab semua lapisan masyarakat Aceh Utara. Karenanya lakukan apa yang bisa dilakukan untuk Aceh Utara yang lebih baik,” ajaknya.
Apa yang disampaikan Waled Sirajuddin tentunya cukup beralasan, dimana Aceh Utara hari ini dihadapkan dengan berbagai persoalan, bukan hanya masalah kemiskinan dan pengangguran, tapi yang lebih parahnya lagi adalah masalah degradasi moral, narkoba, remaja yang disibukkan penggunaan fasilatas wifi di warung-warung selama berjam-jama bahkan hingga menjelang subuh.
Bahkan lebih mirisnya lagi, isu baru-baru ini sangat menghentak kita semua dimana seorang pemuda Aceh Utara di Jakarta rela bertukar keyakinan dengan alasan yang sangat mengiris. Bila problem ini tidak disikapi dengan baik, terutama oleh para pemangku kebijakan, maka dalam beberapa dekade kedepan Aceh Utara akan lebih hancur lagi.