SinarPost.com, Jenewa – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan “darurat kesehatan masyarakat internasional” atas wabah virus corona yang awalnya muncul di Wuhan, China. Demikian dilansir Russia Today.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers hari Kamis (30/1/2020) menyebut, coronavirus adalah wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tedros menuturkan, pengumuman wabah corona sebagai darurat internasional bukanlah bentuk tidak percaya pada China, tetapi dibuat atas keprihatinan untuk negara-negara lain, dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.
WHO juga tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan atau perjalanan dengan China, tempat virus tersebut berasal. Kepala WHO dalam pernyataannya mengatakatan, China telah bertindak secara transparan untuk mendukung negara-negara lain mencegah penyebaran virus corona.
Sementara sebagian besar kasus virus korona telah didaftarkan di China, WHO mengkonfirmasi ada 98 kasus yang dikonfirmasi di tempat lain di dunia – termasuk delapan kasus penularan langsung di Jerman, Jepang, Vietnam, dan AS.
“Sebagian besar kasus di luar Tiongkok terjadi setelah melakukan perjalanan ke Wuhan atau melakukan kontak dengan seseorang yang telah terpapar virus corona,” pejabat WHO mencatat.
“Satu-satunya cara kita akan mengalahkan wabah ini adalah agar semua negara bekerja bersama dalam semangat solidaritas,” kata Tedros. “Kita semua bersama-sama, dan kita hanya bisa menghentikannya bersama,” pungkasnya.
Coronavirus memiliki nama resmi 2019-nCoV. Kondisi yang disebabkan oleh virus tersebut adalah penyakit pernapasan akut, yang apabila tidak mendapat penanganan cepat berujung kematian.
Virus ini pertama kali muncul di Wuhan, di provinsi Hubei Cina, pada 31 Desember. Sejak itu, coronavirus telah menginfeksi sedikitnya 8.130 orang di China, dengan 100 lebih berujung kematian. 2019-nCoV tampaknya terkait erat dengan SARS, yang menginfeksi 8.100 orang di 17 negara pada tahun 2003, dan menewaskan 774 orang.
Namun, laju infeksi coronavirus jauh lebih cepat, sehingga sangat mengkhawatirkan WHO dan pejabat kesehatan masyarakat di China, dan seluruh negara di dunia.