SinarPost.com, Jantho – Sekitar tiga ribu lebih eks Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini terhimpun dalam wadah Komite Peralihan Aceh (KPA) menggelar silaturrami akbar di Kompleks Makam Pendiri GAM Hasan Tiro, Meureu, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar, Senin (23/12/2019).
Hadir dalam silaturrahmi akbar tersebut, Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar, mantan Panglima GAM yang kini menjabat Ketua KPA Pusat Muzakir Manaf (Mualem), mantan Kombatan GAM yang juga petinggi Partai PNA Muharram Idris, Alim Ulama, Ketua KPA Wilayah, serta ribuan mantan Kombatan GAM dari seluruh Aceh.
Juru bicara KPA Pusat Azhari Cagee mengatakan, pertemuan akbar eks kombatan GAM ini dalam rangka mempererat tali silaturrahmi serta memperkokoh solidaritas dalam rangka membuat komitmen bersama terhadap perjuangan rakyat Aceh pasca 14 tahun perdamaian Aceh.
“Acara ini hanya wadah silaturrahmi kita sesama mantan pasukan GAM. Silaturrahmi kan gak ada yang larang, bahkan agama menganjurkan silaturrahmi untuk memperkokoh persatuan antar sesama. Pertemuan hari ini kita tidak berbicara politik Partai Aceh (PA), tapi berbicara tentang kepentingan masyarakat Aceh yang belum sepenuhnya dipenuhi oleh Pemerintah Republik Indonesia (RI) sebagaimana yang telah disepakati bersama antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah RI 14 tahun silam,” ujar Azhari Cagee.
“Aceh adalah bangsa yang cinta damai. Dulu kita berperang karena ada ketimpangan, kita berdamai karena ada kesepakatan bersama. Tapi hari ini kita bisa melihat 14 tahun sudah perdamaian masih ada sejumlah poin penting dari butir-butir MoU Helsinki yang belum sepenuhnya direalisasi oleh Jakarta. Kita mendesak pihak terlibat baik Uni Eropa, Pemerintah RI agar benar-benar merealisasikan butir-butir MoU tersebut. GAM komit terhadap perdamaian maka Pemerintah RI juga harus komit dalam merealisasikan butir-butir MoU Helsingki. Seperti kata Paduka Wali Nanggroe, kita Aceh siap berperang dan siap berdamai, siap berdamai juga harus siap berperang,” tegas Azhari Cagee.
Sementara itu, mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini menjabat Ketua KPA Pusat, Muzakir Manaf (Mualem) menegaskan bahwa acara tersebut adalah bentuk “peusaboh hate” eks kombatan GAM. Ia meminta seluruh eks “Tentara Aceh” yang kini bernaung dibawah KPA agar mendengar instruksi komando dan tidak melakukan tindakan-tindakan melanggar hukum, seperti yang yang dilakukan oleh beberapa kelompok sebelumnya.
“Kita masih punya garis komando, masih punya pemimpin. Dengar instruksi dari kami, kalau tidak paham tanyakan ke kami. Jangan bekerja sendiri-sendiri yang melanggar hukum, kita tidak ingin bertambah anak yatim di Aceh, bertamba janda di Aceh. Kalau kalian cinta terhadap Aceh ikuti intruksi dari kami. Kita masih punya komando. Kita harus bersatu, bekerja bersama. Kalau ini masih kita pegang, insya Allah apa yang kita cita-citakan akan berhasil,” tegas Mualem, yang disambut riuh ribuan eks pasukan GAM.