SinarPost.com, Moskow – Turki merupakan salah satu negara sekutu kuat Amerika Serikat (AS) dalam aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Meski sekutu, Turki bukanlah boneka AS seperti Arab Saudi yang tunduk patuh terhadap semua kehendak Washington.
Turki termasuk negara besar dengan kekuatan militernya masuk dalam jajaran sepuluh besar dunia, dan negara terkuat dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Sebagai negara besar, Turki tidak ingin didikte sedemikian rupa oleh AS meski berada dalam aliansi NATO. Negara yang dipimpin Erdogan ini punya kekuatan mumpuni untuk memainkan peran sendiri, termasuk dalam kepemilikin senjata mutakhir dari Rusia, yang merupakan lawan politik NATO.
Seperti diketahui, beberapa bulan lalu Turki telah membeli rudal super canggih S-400 dari Rusia. Langkah Turki ini langsung mengundang amarah dari AS, tekanan secara bertubi-tubi dialamatkan terhadap Turki, namun Erdogan tetap pada prinsipnya dengan mendatangkan rudal S-400 dari Rusia, meski NATO menganggap rudal tersebut tidak kompetibel dengan sistem pertahanan yang dipakai oleh aliansi itu.
Gagal menundukkan Turki dengan tekanan, Presiden AS Donald Trump menendang Turki dari kesepakatan kerjasama jet tempur siluman tercanggihnya, F-35. Bahkan Pentagon mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Ankara jika nekat melakukan ujicoba rudal S-400 buatan Rusia. Namun dalam kasus Turki, hingga saat ini Amerika belum juga menjatuhkan satu pun sanksi terhadap negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan itu, padahal AS dengan mudahnya menjatuhkan sanksi terhadap negara lain yang dianggap menyimpang dari kehendaknya.
Merasa kesal dengan ancaman yang terus menerus, Presiden Turki Erdogan naik pitam dan balas mengancam Washington. Erdogan mengancam akan menutup Pangkalan Militer AS di Incirlik, yang menampung pasukan Angkatan Udara AS dalam skala besar, termasuk pesawat tempur, pesawat pengangkut, pesawat pembom strategis, serta menyimpan sekitar 40 bom nuklir B61 di pangkalan itu. Selain Incirlik, AS juga mengoperasikan Pangkalan Militer Kurecik di Turki.
Pangkalan Incirlik dan Kurecik ini telah menjadi senjata Erdogan dalam menjinakkan AS, untuk berhenti bermain retorika ancaman sanksi. Ancaman dari Erdogan ini tentu akan membuat AS berpikir sepuluh kali untuk menjatuhkan sanksi terhadap Turki.
Mikhail Khodarenok, pensiunan Angkatan Bersenjata Rusia, yang kini menjadi komentator militer untuk Russia Today, mengatakan, Presiden Turki Erdogan dapat mengusir pasukan AS dari pangkalan Incirlik dan Kurecik sebagai tanggapan atas sanksi Washington. Pentagon, menurutnya, sekarang akan melakukan apa saja untuk menjaga hubungan baik dengan Turki.
Pangkalan Udara Incirlik memiliki landasan pacu sepanjang 3.048 meter yang dapat mengakomodasi semua jenis jet, termasuk pembom strategis. Ada area penyebaran pesawat, tempat penampungan, gudang, pusat komunikasi di pangkalan, serta radio, penerangan, peralatan navigasi, unit HQ, area perawatan dan tambahan. AS juga menyimpan 40 bom nuklir B61 di pangkalan itu.
“Ini adalah rumah dari Angkatan Udara ke-2 Turki, dan Sayap Pangkalan Udara ke-39 Angkatan Udara AS di luar negeri. Perkiraannya bervariasi, tetapi ada hingga 5.000 personel Angkatan Udara AS yang ditempatkan di sana. Incirlik menjadi rumah bagi jet-jet AS yang berpartisipasi dalam operasi udara di Suriah dan Irak. Ada juga pesawat pengintai dan drone di pangkalan ini,:” kata Mikhail Khodarenok dalam sebuah artikel yang dipublis Russia Today, pada Senin (16/12/2019).
Incirlik secara aktif digunakan oleh Angkatan Udara AS selama krisis Lebanon 1958, Operation Desert Storm (1991), Operation Desert Fox (1998), serta perang di Afghanistan (dari 2001), Irak (dari 2003), dan Suriah.
“Jika Recep Tayyip Erdogan meminta Amerika untuk berkemas dan pergi (dia mungkin bahkan tidak membiarkan mereka berkemas), itu pasti akan mengurangi pertempuran dan kapasitas operasional Angkatan Udara AS di Timur Tengah. Incirlik memberi pengaruh serius bagi Washington dalam berurusan dengan negara-negara di kawasan itu dan kemampuannya untuk berdampak pada situasi politik dan militer mereka,” sebut Mikhail. “Jadi, jika Amerika Serikat kehilangan Pangkalan Udara Incirlik, ini akan secara serius mengurangi kemampuan pertahanannya, terutama dalam menghadapi ancaman yang datang dari wilayah Iran. Dan Erdogan tahu ini dengan sangat baik. Dia tahu kartu mana yang harus dimainkan, dan dia memainkannya untuk menang,” demikian pungkas pensiunan Kolenel Angkatan Bersenjata Rusia itu.