SinarPost.com, Jakarta –Presiden Jokowi menegaskan tekad untuk mengatasi masalah besar yaitu defisit transaksi berjalan dengan melakukan pemangkasan impor besar-besaran, termasuk impor energi dan bahan baku. Jokowi mensinyalir ada “mafia” yang bermain selama ini sehinggi berbagai produk kebutuhan dalam negeri terus di impor.
“Minyak yang dulunya kita nggak impor, sekarang impor kurang lebih sekarang ini 700-800 ribu barel per hari. Baik itu minyak, baik itu gas, dan juga ada turunan Petrokimia sehingga membebani, menyebabkan defisit, dan itu bertahun-tahun nggak diselesaikan,” kata Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/12/2019) siang.
Padahal, lanjut Presiden, gas tidak perlu impor karena bahas dasarnya sangat melimpah di negeri ini. Demikian juga dengan impor minyak, yang seharusnya tidak perlu dilakukan karena Indonesia memiliki banyak sumur-sumur minyanya. “Kenapa nggak digenjot produksinya, karena masih ada yang senang impor minyak,” sindir Jokowi.
Dia menambahkan, Avtur saat juga masih impor padahal CPO, CPO Crude Palm Oil itu bisa juga dipindah menjadi avtur. “Lha kok kita senang impor avtur ya karena ada yang hobinya impor, karena untungnya gede,” ungkap Presiden Jokowi.
Menurut Presiden, transformasi ekonomi di negara kita ini mandeg gara-gara hal-hal seperti ini. Nikel impor material-materialnya terus. Bauksit impor material-materialnya terus berpuluh-puluh tahun. Batubara berapa juta ton kita impor. Padahal, lanjut Presiden, nikel kita ekspor, bauksit kita ekspor mentah, dalam bentuk mentahan raw material, batubara kita ekspor mentahan semuanya.
“Ini yang harus diubah menjadi barang jadi atau setengah jadi minimal. Kalau ini bisa kita lakukan, target saya 3 tahun ini harus rampung,” tegas Presiden Jokowi.