SinarPost.com, Banda Aceh – Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Malahayati Aceh, Kamis (28/11/2019) dini hari kembali mewisuda 106 perwira pelayaran niaga. Upacara wisuda perwira pelayaran niaga ke V ini berlangsung di kampus setempat, di Jalan Laksanama Malahayati KM. 19 Gampong Durung, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar
Bagi setiap kampus, prosesi acara wisuda merupakan hal yang wajib dilaksanakan sebagai bentuk resminya para lulusan menjadi sarjana. Kebanyakan kampus acara wisuda dikemas dalam bentuk seremonial di dalam gedung tertutup, namun berbeda halnya dengan Politeknik Pelayaran Malahayati Aceh. Kampus yang berdiri dari semangat Kebaharian Masyarakat Aceh sebagaimana tergambar dalam riwayat pejuang wanita Aceh “Laksamana Malahayati” ini selalu mengemas acara wisuda di lapangan terbuka.
![](https://i0.wp.com/sinarpost.com/wp-content/uploads/2019/11/Wisuda-Politeknik-pelayaran-Malahayati-Aceh.jpeg?resize=434%2C289&ssl=1)
![](https://i0.wp.com/sinarpost.com/wp-content/uploads/2019/11/Wisuda-Politeknik-pelayaran-Malahayati-Aceh.jpeg?resize=434%2C289&ssl=1)
Prosesi acara wisudanya juga tidak hanya seremonial belaka dalam bentuk penyematan plakat, pengalungan dan penyerahan ijazah, sebagai tanda lulusannya resmi menyandang sarjana. Politeknik Malayahati Aceh mengusung konsep layaknya acara militer, lulusannya berbaris tegak dan rapi, ada juga pemeriksaan barisan oleh Inspektur Upacaranya yang dipimpin oleh petinggin kampus setempat, dan didampingi pejabat dari Kementerian Perhubungan.
![](https://i0.wp.com/sinarpost.com/wp-content/uploads/2019/11/Atraksi-Politeknik.jpeg?resize=434%2C289&ssl=1)
![](https://i0.wp.com/sinarpost.com/wp-content/uploads/2019/11/Atraksi-Politeknik.jpeg?resize=434%2C289&ssl=1)
Tidak hanya sampai disitu, berbagai parade dan sejumlah atraksi seperti penampilan tarian kolosal, drum band, hingga drama yang mengisahkan perjuangan pahlawan Aceh zaman dahulu ditampilkan silih ganti. Para siswa Politeknik Pelayaran Malahayati Aceh menampilkan parade dan atraksi dengan tingkat keahlian yang sangat luar biasa, para hadirin dibuat terkesima dan histeris dengan setiap tampilan yang diperagakan. Namun yang sangat terkesan adalah dengan hadirnya atraksi yang memperagakanan semangat perjuangan para tokoh pahlawan Aceh dari kalangan perempuan seperti Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien hingga Cut Meutia.
![](https://i0.wp.com/sinarpost.com/wp-content/uploads/2019/11/IMG-20191128-WA0003.jpg?resize=434%2C289&ssl=1)
![](https://i0.wp.com/sinarpost.com/wp-content/uploads/2019/11/IMG-20191128-WA0003.jpg?resize=434%2C289&ssl=1)
Para pelaku yang terlibat dalam atraksi ini benar-benar sangat profesional, mereka terlihat menguasai penuh alur kisah dari perjuangan ketiga tokoh pahlawan nasional perempuan asal Aceh ini. Lagi-lagi atraksi ini membuat para hadirin terkesima, seketika tubuh seperti merinding saat kisah perjuangan para pahlawan Aceh itu ditampilkan, terlebih saat diperagakan kala Laksamana Malahayati, Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia menghadang dan melawan tentara penjajah (Belanda). Dalam adegan ini, sebagian siswa Politeknik Malahayati berperan sebagai pejuang Aceh, dan sebagian lainnya berperan sebagai tentara Belanda. Sangat terkesan bagi siapa saja yang menyaksikannya!
Mengusung Semangat Malahayati
Kampus Politeknik Malahayati Aceh digagas pasca bencana Tsunami 2004 yang menghancurkan sebagian besar pesisir Aceh, dengan tujuan untuk membangkitkan semanagat kehidupan baru dan masa depan yang lebih baik bagi generasi muda Aceh, khususnya di bagian pelayaran atau perkapalan.
Pada tahun 2010, dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia pelayaran yang kompeten, professional dan beretika serta memiliki daya saing global, Pemerintah Provinsi Aceh memberikan sebidang lahan seluas 25 Ha yang terletak di Gampong Durung, Kecamatan Mesjid Raya, Jalan Laksamana Malahayati, Kabupaten Aceh Besar untuk dibangun Kampus Diklat Pelayaran (Politeknik pelayaran Malahayati). Sejak beroperasi, kampus ini telah melahirkan sederet perwira pelayaran profesional yang saat ini telah bekerja di berbagai perusahaan perkapalan ternama, baik lokal, nasional, hingga manca negera.
Direktur Poltekpel Malahayati Aceh, Heru Widada, MM dihadapan para wisudawan (perwira pelayaran niaga ke V) menekankan agar senantiasa menjaga nama baik almamater serta mengharumkan nama bangsa saat menjalankan tugas dimanapun bekerja nantinya. “Para wisudawan patut berbangga karena hari ini resmi menyandang gelar perwira pelayaran. Terapkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di Poltekpel Malahayati, dan terpenting jadikan perjuangan Malahayati sebagai motivasi dalam mengabdikan diri dan bekerja,” ujar Heru.
Poltekpel Malahayati, kata Heru, merupakan sekolah pelayaran pertama yang dibangun di Pulau Sumatera dengan mengambil nama pahlawan nasional asal Aceh Laksamana Malahayati. Karena itu, Heru berharap para wisudawan dapat mengusung semangat pantang menyerah — layaknya Pahlawan Malahayati — untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.
“Bagi saudara, tidak ada alasan untuk menjadi lemah, karena selama menempuh pendidikan dua tahun telah dididik dengan simulasi kehidupan seperti di atas kapal,” tegasnya, seraya berharap para lulusan dapat mencontoh keberanian dan kecerdasan Malahayati dalam mengarungi lautan.