SINARPOST.COM, BANDA ACEH – Sikap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mencuekin Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat keduanya menghadiri pelantikan anggota DPR RI peridoe 2019-2024, Selasa lalu, terus diperbincangkan. Bahkan perbincangan terhadap kedua tokoh utama pendukung Presiden Jokowi di Pilpres 2019 ini semakin liar, termasuk sinyal ‘pisah ranjang’ dalam koalisi pemerintahan.
Pengamat politik yang juga Director for Presidential Studies (Decode) UGM Nyarwi Ahmad menilai, keretakan atau awal mula ketidaknyamanan Megawati dengan Surya Paloh adalah saat Ketum Partai NasDem tersebut menginisiasi pertemuan dengan dengan tiga ketum partai pendukung Jokowi di kawasan Gondangdia beberapa waktu lalu.
“Dan hal itu yang diduga menjadi alasan Megawati memperlihatkan sikap acuh di depan Surya Paloh di sela-sela keduanya menghadir pelantikan anggota DPR. Menguatnya peran atau menguatnya pengaruh kubu Gondangdia itu seperti membuat bu Mega tidak nyaman,” ujar Nyarwi Ahmad dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (5/10/2019).
Menurut Nyarwi, Megawati merasa bahwa PDIP yang dipimpinnya adalah partai utama pengusung Jokowi. Sehingga, Megawati dinilai tidak nyaman dengan pertemuan Gondangdia yang diinisiasi Surya Paloh. “Apalagi PDIP sebagai partai pemenang pemilu yang pengusung Pak Jokowi dengan jumlah kursi banyak. Peluang atau kemungkinan itu ada istilahnya, ketidaknyamanan itu,” katanya.
Tetap Dalam Pemerintahan
Sementara itu, banyak para pengamat menilai, sikap acuh tak acuh yang ditunjukkan Megawati terhadap Surya Paloh tidak lantas membuat NasDem memilih jadi oposisi. Sulit rasanya bagi Partai Nasdem akan berada di luar pemerintahan, apalagi hanya karena alasan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh tidak akur dengan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Terlebih lagi, NasDem telah jor-joran memberi dukungan penuh
terhadap pasangan Jokowi-Ma’ruf pada Pilpres 2019, sehingga hasil Pileg di
beberapa daerah NasDem tumbang karena efek dukungannya terhadap Jokowi.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang
Komaruddin seperti dilansi RMOLmengatakan, Nasdem yang bercita-cita menjadi partai besar tidak akan memilih
jalan oposisi. Sepertidiketahui, jaringan dan logistik politik akan
mudah didapat kalau berada dalam pemerintahan.
“Itu yang membuat partai pimpinan Surya Paloh akan tetep
bertahan di koalisi Jokowi-Maruf. Nasdem
belum siap kehilangan jabatan dan fasilitas yang didapat dari negara kalau
berada di luar pemerintahan. Kalau
oposisi akan kehilangan semua, dan berpotensi akan dikerjain,” demikian pungkas
Ujang, Sabtu (5/10).