SINARPOST.COM, BANTEN – Pemain Persiraja kembali mendapat teror saat melakukan lawatan ke Provinsi Banten dalam lanjutan Liga 2 musim 2019. Setelah mendapat teror di markas Perserang Serang pada 2 September lalu, kali ini Persiraja kembali di teror saat melawat ke Cilegon.
Saat bertandang ke markas Cilegon United, Jumat (6/9/2019) sore tadi, Persiraja mendapat pengawalan super ketat dari pihak keamanan. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya penyerangan terhadap pemain dan kru Persiraja oleh suporter tuan rumah.
Dalam laga tersebut, tim tuan rumah berhasil mengalahkan Persiraja dengan skor 2-0. Kedua gol Cilegon United masing-masing diciptakan oleh Dian Endra Setiawan pada menit 16 (p), dan Andi Sopian menit 31.
Persiraja sejatinya dapat memperkecil kedudukan di babak kedua, namun gol dari Lantak Laju — julukan Persiraja — dianulir wasit karena dianggap offside. Laga pun berakhir dengan kemenangan tuan rumah 2-0.
Teror Terhadap Persiraja
Setelah laga usai, pemain dan seluruh kru Persiraja kembali ke hotel dengan mendapat pengawalan ketat dari personil kepolisian bersenjata lengkap. Sampai di hotel, teror terhadap Persiraja tetap menghantui, para suporter Cilegon United tetap melakukan penyerangan hingga kaca hotel tempat penginapan pemain Persiraja pecah di beberapa titik.
Sekum Persiraja Rahmat Djailani, dalam siaran persnya memberi apresiasi kepada pihak pengamanan dari Polres Cilegon maupun dari Polda Banten yang telah memberi pengaman ekstra.
“Kita memberikan apresiasi tinggi kepada pihak pengamanan baik dari Polres Cilegon maupun dari Polda Banten. Respon cepat, dan pengamanan level VVIP membuat team Persiraja merasa aman,” sebutnya.
Namun demikian Rahmat Djailani tetap menyayangkan adanya aksi teror terhadap pemain Persiraja. Ia merasa kecewa dengan tindakan suporter Cilegon yang melakukan penyerangan hingga ke hotel, yang menurutnya rivalitas 90 menit ternyata cuma jadi slogan dan jargon saja.
“Kejadian ini sangat kita sayangkan, rivalitas 90 menit ternyata cuma jadi slogan dan jargon saja. Penyerangan sampai ke hotel menunjukkan bahwa kelompok suporter Cilegon tidak terkoordinir dengan baik. Kita sangat menyayangkan itu,” tegas Rahmat Djailani.
“Kita berharap pihak keamanan dapat bertindak tegas, karena mengingat ini bukan lagi tahan sepak bola tapi sudah ranah hukum, kriminalitas dan mengarah ke pengancaman hidup,” pungkasnya.