SINARPOST.COM, AS – Koalisi internasional yang dibentuk Amerika Serikat (AS) dengan dalih untuk menjaga keamanan lalu lintas pelayaran kapal-kapal dagang di Selat Hormuz dan Teluk Persia, secara resmi mulai beroperasi.
Misi tersebut sejatinya bukanlah untuk mengamankan perairan dimaksud, namun lebih ditekankan sebagai upaya dalam melanjutkan tekanan terhadap Iran, setelah Amerika secara sepihak menarik diri perjanjian nuklir Iran tahun 2018 lalu.
Fars News (29/8/2019) mengutip laman situs Middle East Eye melaporkan, koalisi maritim Amerika itu hanya diikuti oleh tiga negara yaitu Inggris, Bahrain dan Australia. Sebelumnya AS telah mengajak negara-negara di dunia terutama negara Eropa untuk bergabung dalam misi tersebut, namun kebanyakan negara menolak ajakan AS itu karena dinilai akan semakin memperburuk situasi di Teluk Persia, terutama dengan Iran.
Menteri Pertahanan Amerika, Mike Esper, Rabu (28/8) seperti dilansir Pars Today mengklaim kehadiran pasukan Amerika dan sekutu di kawasan sampai sekarang terbukti berhasil mencegah apa yang menurutnya “aksi lebih besar Iran”.
Menhan Amerika juga mengaku bahwa Washington berusaha melakukan interaksi diplomatik, dan penyelesaian diplomatik atas masalah Iran, menurutnya, salah satu tujuan pembentukan koalisi ini adalah mencegah Iran keluar dari jalur diplomatik.
AS meski gagal membentuk kolisi internasional secara lebih luas di Teluk Persia, namun negara yang dipimpin Donal Trump itu beberapa bulan lalu telah menumpuk kekuatan militernya di sekitar Teluk Persia dalam skala besar.
Langkah AS itu diambil setelah keluar dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015 yang ditandatangani bersma lima kekuatan dunia, yaitu Rusia, China, Inggris, Prancis dan jerman. Washington pun memberlakukan sanksi sepihak terhadap Iran, dan mengancam impor minyak negara para Mullah itu ke titik nol.
Sanksi sepihak Washington tersebut telah membuat hubungan dua negara itu diambang perang terbuka, yang puncaknya ketika Iran menembak jatuh pesawat canggih siluman tanpa awak AS di atas Teluk Persia.