SINARPOST.COM, BANDA ACEH – Keterbatasan ekonomi bukanlah alasan untuk tidak mengenyam pendidikan, apalagi di era serba canggih seperti hari ini dimana pendidikan menjadi modal penting dalam meraih kesuksesan. Pendidikan ibarat cahaya yang akan menerangi jalan hidup seseorang ke arah yang lebih baik dan bermartabat. Melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi memang membutuhkan biaya yang besar, namun lagi-lagi keterbatasan ekonomi bukanlah batu hambatan untuk meraih gelar sarjana bahkan hingga ke tingkat magister dan doctor.
Menggapai gelar sarjana hanya akan terwujud dengan kesungguhan dan optimisme. Seperti kata pepatah Arab “Man Jadda Wajada” yang artinya “Barangsiapa Bersungguh-sungguh Pasti Akan Mendapatkan Hasil”. Hidup memang bukanlah cerita negeri dongeng, setiap orang pasti akan menemui jalan berliku dalam upaya meraih sesuatu yang menjadi impian, namun yang harus digaris bawahi adalah usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Setidaknya hal itu ditunjukkan oleh Khairul Bahri. Meski berangkat dari keluarga miskin, dari sebuah desa terpencil yang berada di kaki Gunung Seulawah, tepatnya di Desa Suka Jaya, Kecamatan Muara Tiga, Kabupaten Pidie, ia sukses menyelesaikan pendidikan Strata Dua (S2) di Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh. Pria yang akrab disapa Khairul Laweung itu barus saja menggenggam gelar Magister setelah dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqasyah Tesis pada Jurusan Ilmu Agama Islam dengan Konsentrasi Pemikiran Dalam Islam. Ia menyelesaikan Sidang Tesisnya pada Kamis (8/8/2019) dengan judul Tesis “Hubungan Agama dan Sain Dalam Pemikiran Harun Nasution”.
![](https://i0.wp.com/sinarpost.com/wp-content/uploads/2019/08/FB_IMG_1565273476482_1565394625732.jpg?resize=960%2C853&ssl=1)
![](https://i0.wp.com/sinarpost.com/wp-content/uploads/2019/08/FB_IMG_1565273476482_1565394625732.jpg?resize=960%2C853&ssl=1)
Kepada Sinarpost.com, Jumat (9/8/2019), Khairul Laweung yang saat ini menjabat Ketua Ikatan Siswa Kader Dakwah (Iskada) Aceh mengaku sangat bersyukur dapat meraih gelar Magister, pasalnya jauh sebelum mengenyam pendidikan ke perguruan tinggi ia sempat dihadapkan pada masa-masa sulit dimana ekonomi keluarganya mengalami kesulitan hingga membuatnya harus rela putus sekolah
“Saya sempat putus sekolah saat Aceh masih dilanda konflik. Tidak bisa menyambung ke SMP selama dua tahun karena ketiadaan biaya orang tua. Maklum orang tua saya hanyalah petani biasa, dan sedihnya saat itu Ayah saya menderita sakit berkepanjangan hingga semua harta yang kami miliki dijual untuk biaya pengobatan. Saya harus menerima kondisi pahit ini hingga dua tahun absen dari bangku sekolah. Setelah nganggur dua tahun, kemudian Pemerintah (Provinsi) Aceh membuka Pesantren Terpadu Darul Aitam Pidie yang khusus menampung anak-anak yatim di Kabupaten Pidie, karena Ayah saya sudah tiada maka saya masuk kesana. Semenjak di Pesantren Darul Aitam, saya merasa mulai menemukan kemampuan saya dimana selalu memperoleh juara 1 baik di Rapor Sekolah Tsanawiyahnya maupun Rapor Dayahnya yang diajarkan kitab-kitab kuning,” kisah Khairul Laweung.
Selepas dari Darul Aitam, Khairul Laweung kemudian melanjutkan pendidikannya di MAN 2 Banda Aceh. Langkahnya ke Ibu Kota Provinsi Aceh ini tidak terlepas dari belas kasih dan bantuan orang tua angkatnya, Zulkifli, serta bantuan dari Abu Marzuki Lamlhom, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar yang menampungnya. “Selama mengenyam pendidikan di Banda Aceh, kebutuhan biaya hidup saya dibantu oleh Abang kandung saya, Karim Laweung. Dialah yang harus banting tulang untuk menutupi kebutuhan saya, ibu serta adik yang di kampung,” kenangnya.
Setelah menamatkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Banda Aceh, selanjutnya pada tahun 2008 Khairul Laweung masuk ke perguruan tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) — sekarang UIN — Banda Aceh dengan mengambil Jurusan Perbandingan Agama di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Selama kuliah S1, Khairull Laweung disamping mendulang prestasi di bidang akademik juga aktif di berbagai organisasi, hingga menjabat Sekjend BEMA IAIN Ar-Raniry. Alhasil, anak dari pasangan (Alm) M. Isa dan Salamah ini sukses meraih predikat mahasiswa teladan Provinsi Aceh tahun 2011.
Khairul Laweung sendiri menyelesaikan kuliah Strata Satu (S1) secara tepat waktu, dengan mengikuti wisuda (sarjana) pada awal tahun 2012. Sementara jenjang pendidikan Pascasarjana ia lanjutkan tahun 2014. “Alhamdulillah hari ini dengan segala keterbatasan saya telah berhasil menyelesaikan gelar Magister, target selanjutnya adalah melanjutkan ke Strata Tiga (S3) dan meraih gelar Doctor di bidang Filsafat,” pungkasnya.
Khairul Laweung menegaskan bahwa kisahnya tersebut sama sekali tidak bermaksud membanggakan diri, apalagi untuk menyombongkan diri mengingah banyak sekali orang yang sudah sukses berangkat dari ketidakmampuan ekonomi keluarganya. “Saya hanya bermaksud ingin membangun motivasi anak-anak Aceh, bahwa keterbatasan ekonomi keluarga bukanlah alasan untuk tidak berprestrasi dan juga bukan gunung penghalang untuk meraih pendidikan setinggi-tinginya. Selama ada kemauan, selama ada kesungguhan, insya Allah pasti ada jalan,” tutup Khairul Laweung.