SINARPOST.COM, YAMAN – Gerakan Perlawanan Houthi yang berafiliasi dengan Iran mengatakan pihaknya telah meluncurkan serangan rudal dan drone terhadap parade militer Yaman di Kota Aden, pusat pemerintahan yang didukung Arab Saudi. Serangan pada Kamis dini hari itu menewaskan lebih dari 30 orang menurut sumber medis dan keamanan.
Reuters pada Kamis (1/8/2019) melaporkan, seorang saksi mata melihat sembilan mayat di tanah setelah ledakan menghantam sebuah kamp militer milik pasukan Sabuk Keamanan Yaman yang didukung oleh Uni Emirat Arab, yang merupakan anggota koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang memerangi Houthi.
“Serangan itu menewaskan sedikitnya 32 orang,” kata seorang sumber medis dan keamanan kepada Reuters. Medecins Sans Frontieres menyebut bahwa puluhan lainnya yang terluka telah dirawat di rumah sakit.
Tentara berteriak dan berlari untuk mengangkat yang terluka dan menempatkannya di truk. Pasukan Baret Merah dari militer Yaman yang didukung Saudi dan koalisinya tergeletak di tanah dalam genangan darah.
Saluran televisi resmi Houthi, Al Masirah TV mengatakan kelompok itu telah meluncurkan rudal balistik jarak menengah dan pesawat tanpa awak bersenjata di parade militer Yaman, yang digambarkan sebagai persiapan untuk langkah militer terhadap provinsi yang dipegang oleh kelompok Hauthi.Sumber militer pro-pemerintah dan sumber keamanan mengatakan, seorang komandan Brigadir Jenderal Muneer al-Yafee, seorang tokoh terkemuka separatis selatan yang telah bergabung dengan koalisi pimpinan Saudi, termasuk di antara mereka yang tewas.
“Ledakan itu terjadi di belakang panggung tempat berlangsungnya upacara, yaitu di kamp militer Al Jalaa di distrik Buraiqa, Kota Aden,” kata saksi Reuters. “Sekelompok tentara menangisi saat melihat mayat yang diyakini sebagai komandan mereka,” lapor Reuters mengutip saksi mata itu. Sumber Reuters tersebut juga mengatakan bahwa Brigadir Jenderal Muneer al-Yafee ketika ledakan terjadi baru saja turun dari panggung untuk menyambut tamu.
Gencatan Senjata
Koalisi kelompok Sunni dukungan Barat yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) melakukan serangan terhadap kelompok Hauthi di Yaman sejak tahun 2015 untuk memulihkan pemerintah yang diakui internasional yang digulingkan dari kekuasaan di Ibukota Sanaa oleh Houthi pada akhir 2014.
Pemerintah Abdu-Rabbu Mansour Hadi mengendalikan kota pelabuhan selatan Aden. Gerakan Houthi, yang mengatakan revolusinya menentang korupsi, memegang kendali atas kota Sanaa yang merupakan pusat kota terbesar di negara Semenanjung Arab itu.
Bulan lalu UEA mengatakan akan mengurangi kehadirannya di Yaman, dengan menarik sebagian pasukan dari daerah termasuk Aden dan pantai barat yang dikerahkan untuk operasi melawan orang-orang Houthi di kota pelabuhan utama Hodeidah, di mana gencatan senjata yang ditengahi PBB telah diberlakukan sejak Desember yang lalu.
Seorang pejabat UEA mengatakan negaranya tidak akan meninggalkan Yaman dengan kekosongan karena telah melatih 90.000 pasukan Yaman, yang ditarik dari kalangan separatis selatan, termasuk pasukan Sabuk Keamanan, dan pejuang dataran pantai.
Dalam beberapa bulan terakhir, Houthi telah meningkatkan serangan lintas-perbatasan dan drone terhadap kota-kota Arab Saudi, dan koalisi Arab Saudi telah menanggapi dengan serangan udara di situs militer Houthi, sebagian besar di sekitar kota Sanaa.
Konflik di Yaman yang telah berlangsung lebih dari empat tahun, secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong warga Yaman ke ambang kelaparan.