SINARPOST.COM, PRANCIS | Prancis mengkhawatirkan langkah yang ditempuh Iran untuk memperkaya uranium dalam menanggapi sanksi sepihak Amerika Serikat (AS) bisa menyulut perang terbuka. Hal ini disuarakan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian.
Menurut Menlu Prancis, AS salah menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir Iran, tetapi tanggapan Teheran untuk memperkaya uranium di luar batas yang ditentukan dalam perjanjian, juga jalan menuju perang.
“Situasinya serius. Meningkatnya ketegangan dapat menyebabkan kecelakaan antara AS dan Iran,” tegas Le Drian memperingatkan, seperti dikutip dari Russia Today, Senin (15/7/2019).
Ketegangan antara Iran dan AS memuncak sejak Mei lalu, setelah Washington meningkatkan kehadiran militernya di wilayah Teluk Persia. Ketakutan akan perang muncul beberapa kali, termasuk ketika AS menyalahkan Teheran atas serangan terhadap sejumlah kapal tanker minyak di sekitar Teluk Hormuz, dan puncaknya saat Iran menembak jatuh pesawat canggih pengintai tanpa awak AS.
Presiden AS, Donald Trump saat itu langsung memerintahkan serangan udara sebagai balasan atas tindakan Iran, tetapi Trump membatalkannya pada menit-menit terakhir kala serangan akan diluncurkan. Baru-baru ini sekutu terdekat AS, Inggris juga telah menyulut amarah Teheran karena menyita kapal tanker raksasa Iran yang mengklaim akan memasok minyak ke Suriah, yang telah dikenakan sanksi oleh Uni Eropa.
“Fakta bahwa Iran telah memutuskan untuk menarik diri dari beberapa keterlibatannya dalam proliferasi nuklir adalah kekhawatiran tambahan. Ini adalah keputusan yang buruk, reaksi buruk terhadap keputusan buruk lainnya, yaitu penarikan AS dari perjanjian nuklir,” sebut Menteri Luar Negeri Prancis, menyesalkan.
Donald Trump mengumumkan penarikan AS dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) — istilah untuk perjanjian nuklir Iran — secara sepihak pada Mei 2018 lalu. Langkah AS ini mengejutkan penandatangan lain, yaitu Perancis, Inggris, Jerman, Rusia dan Cina. Washington kemudian memberlakukan sanksi keras pada Teheran untuk memaksanya menandatangani perjanjian yang lebih luas, yang tidak hanya mencakup program nuklirnya, tetapi juga pengembangan rudal balistik. Iran dengan keras menolak gagasan itu, dengan mengatakan tidak akan ada perjanjian baru dengan Amerika.
Menlu Prancis Le Drian mengatakan bahwa di Washington atau Teheran “tidak ada yang mau perang” tetapi dia menambahkan bahwa “ada unsur-unsur eskalasi yang mengkhawatirkan” di antara kedua negara.
“Iran tidak mendapat keuntungan dari menarik diri dari keterlibatannya (dengan JCPOA). AS juga tidak mendapatkan apa-apa jika Iran mendapat senjata nuklir, jadi penting bahwa langkah-langkah de-eskalasi diambil untuk mengurangi ketegangan,” sarannya.
Negara-negara Eropa menggarisbawahi “komitmen berkelanjutan” mereka terhadap kesepakatan nuklir Iran, dengan mengatakan bahwa “saatnya telah tiba untuk bertindak secara bertanggung jawab dan mencari jalan untuk menghentikan peningkatan ketegangan dan melanjutkan dialog.” Teheran sebelumnya menuduh negara-negara UE mengabaikan kewajiban mereka di bawah JCPOA dalam menghadapi sanksi AS.