SINARPOST.COM, CHINA | Pemerintah China akan menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) yang terlibat dalam penjualan senjata ke Taiwan. Demikian tegas Kementerian Luar Negeri China.
Keputusan itu China menyusul pengumuman Washington untuk menjual senjata senilai $ 2,22 miliar ke Taiwan. China menganggap Taiwan adalah wilayahnya yang membangkan.
“Penjualan senjata AS ke Taiwan merupakan pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang seperti dilansir Russia Today, Jumat (12/7/2019).
“Untuk melindungi kepentingan nasional kita, China akan menjatuhkan sanksi pada perusahaan AS yang terlibat dalam penjualan senjata yang disebutkan di atas ke Taiwan,” tambah kementerian itu.
Pada Kamis kemarin, militer Cina menyatakan ketidakpuasan yang kuat dengan persetujuan Departemen Luar Negeri AS tentang rencana untuk menjual senjata ke Taiwan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Nasional Tiongkok mengatakan “Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Tiongkok. Penentangan tegas Tiongkok terhadap penjualan senjata AS ke Taiwan jelas dan konsisten.”
“Sebagai urusan internal Tiongkok, masalah Taiwan menyangkut kepentingan inti China dan perasaan nasional rakyat Tiongkok, dan melarang campur tangan eksternal,” tegasnya.
Menurut kementerian pertahanan, angkatan bersenjata Tiongkok memiliki kemauan kuat, kepercayaan penuh, dan kemampuan yang cukup untuk menggagalkan segala bentuk gangguan oleh kekuatan eksternal dan tindakan separatis “kemerdekaan Taiwan,” dan akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kedaulatan nasional, keamanan, dan integritas teritorial.
Departemen Luar Negeri AS pada Senin lalu menyetujui penjualan tank M1A2T Abrams, rudal Stinger dan peralatan militer terkait ke Taiwan dengan nilai kontrak yang diperkirakan mecapai $ 2,2 miliar.
Persetujuan itu dianggap melanggar prinsip ‘One China’ yang memandang pulau itu sebagai bagian integral dari Cina.
Hubungan antara Beijing dan Taipei telah memburuk sejak Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, anggota Partai Progresif Demokratik pro-kemerdekaan pulau itu, mulai menjabat pada Mei 2016. China mencurigai pemimpin itu mencari kemerdekaan formal dengan dukungan dari Washington.