SINARPOST.COM, JAKARTA | Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Muzakir Manaf alias Mualem angkat bicara terkait pernyataan Mahfud MD yang menyebut bahwa Calon Presiden 02, Prabowo Subianto menang di daerah garis keras seperti Provinsi Aceh.
Menurut Mualem, apa yang disampaikan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu berpotensi menebar kebencian dan dapat memecah belah antar daerah di Indonesia. Apalagi Aceh merupakan salah satu provinsi yang menjadi pendukung utama Prabowo. Seperti diketahui, Prabowo menang telak di Aceh yang hampir mendekati angka 90 persen.
“Pernyataan Pak Mahfud MD ini berpotensi menebar kebencian dan memecah belah antar daerah dan rakyat Indonesia,” ujar Mualem di Media Center Prabowo-Sandi, Jakarta Selatan, Senin (29/4/2019).
Mualem menegaskan bahwa Aceh sangat berkomitmen untuk menjaga persatuan NKRI, karenanya pernyataan semacam itu sangat tidak patut keluar dari mulut sekaliber Mahfud MD. Dalam kesempatan tersebut, Mualem juga menyebut bahwa pernyataan Mahfud MD yang melabeli Aceh sebagai daerah yang menganut agama (Islam) garis keras telah melukai perasaan dan hati masyarakat Aceh.
Untuk itu, Mualem meminta Mahfud MD segera menyampaikan permintaan maaf secara tertulis kepada seluruh masyarakat Aceh lewat media cetak nasional selama satu minggu berturut-turut.
“Pernyataan Mahfud MD seperti itu sangat menyakitkan rakyat Aceh, karena dilabelkan sebagai kelompok Islam Garis keras dan Mahfud secara terang menebar kebencian yang berlebihan,” sebutnya.
“Jadi, kami meminta saudara Mahfud MD untuk segera meminta maaf secara tertulis di media cetak nasional selama seminggu berturut-turut kepada rakyat Aceh,” tegas Mualem.
Seperti diketahui, pernyataan Mahfud MD soal ‘provinsi garis keras’ pertama kali mencuat ketika ia diwawancara di salah satu stasiun televisi. Kemudian video potongan wawancara yang menyebut ‘provinsi garis keras’ berdurasi 1 menit 20 detik beredar luas di media sosial, dan sontak menimbulkan kemarahan di kalangan umat Islam Indonesia, khususnya provinsi yang menjadi basis Prabowo seperti Aceh, Padang, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.
Pernyataan Mahfud MD dalam wawancara itu intinya menegaskan bahwa kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019 sulit dimentahkan. Hanya saja saat ini harus segera dilakukan rekonsiliasi. Pasalnya, di beberapa provinsi yang agak panas, Jokowi kalah.
“Tempat kemenangan Pak Prabowo itu diidentifikasi yang dulunya dianggap provinsi garis keras dalam hal agama, misal Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan sebagainya, Sulawesi Selatan juga,” kata Mahfud MD.
Saat pernyataannya itu menjadi viral dan mendapat kritikan pedas dari berbagai pihak, temasuk kubu Prabowo, Mahfud pun buka suara dan menjelaskan maksud dibalik ‘provinsi garis keras’ yang ia sebutkan.
Lewat akun twitter pribadinya, @mohmahfudmd, ia menjelaskan bahwa garis keras itu sama dengan fanatik atau sama dengan sikap kesetiaan yang tinggi. “Itu bukan hal yang dilarang, itu term politik. Sama halnya dengan garis moderat, itu bukan hal yang haram. Dua-duanya boleh dan kita bisa memilih yang mana pun. Sama dengan bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau,” urai Mahfud.
Mahfud juga menyontohkan daerah asalnya, Madura. “Dalam term itu saya juga berasal dari daerah garis keras di Madura. Madura itu sama dengan Aceh dan Bugis, disebut fanatik karena tingginya kesetiaan kepada Islam sehingga sulit ditaklukkan. Seperti halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adalah istilah-istilah yang biasa dipakai dalam ilmu politik,” ujar Mahfud.