SinarPost.com, Banda Aceh – Dunia ekonomi kreatif di Aceh semakin berkembang dengan peminat yang meningkat. Sektor ini didominasi oleh para pemuda yang melek terhadap perubahan digitalisasi.
Dengan perkembangan tersebut, Pemerintah Aceh melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Aceh mengadakan Workshop Digital Kreatif dengan Tema “Membangun Ekosistem Kreatif Aceh di Era Digital” pada Selasa, 11-12 November 2025 di Hotel Hijrah Lambaro, Aceh Besar.
Kegiatan Dispora Aceh yang menggandeng Gekrafs Aceh tersebut diikuti oleh 60 orang pemuda Aceh yang telah memenuhi kualifikasi yang ditentukan oleh penyelenggara. Hal tersebut disampaikan Syarifah Irma Henni, SE., M.M selaku PPTK kegiatan ini.
“Pelaksanaan kegiatan ini tujuannya untuk meningkatkan kemampuan pemuda dibidang digital, mengembangkan dan mengoptimalkan tentang digitalisasi ekonomi kreatif. Ini juga untuk membuka lapangan kerja seluas luasnya sesuai arahan presiden prabowo.” sebut Syarifah Irma pada sambutannya.
Cut Risna menambah, narasumber berjumlah 6 orang dari ahli dan profesional, peserta 60 orang dari 200an pendaftar. Peserta yang lulus adalah memiliki minat dan motivasi dibidang wirausaha.
Sementara Sekretaris DPW Gekrafs Aceh, Iqbal Firdaus menyebut bahwa sektor ekonomi kreatif menyumbang 25% untuk ekonomi Aceh.
“Sebelumnya kami (Gekrafs Aceh) menghadap Dispora untuk berdiskusi bahwa Gekrafs ingin menunjukkan eksistensi dan membagikan sesuatu untuk masyarakat. Tugas kami diawal awal adalah menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya ekonomi kreatif,” ujar Iqbal.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Dispora Aceh karena sudah mengusahakan kegiatan ini terlaksana. Harapannya, tahun depan bisa membuat agenda kedepan jauh lebih besar dan lebih bagus.
Pemerintahan Aceh dibawah kepemimpinan Mualem-Dek Fadh disebut menjadikan pemuda sebagai salah satu pilar prioritas pemerintah, sebagaimana disebutkan oleh Kabid Pengembangan Pemuda Dispora Aceh, Masri Amin. SE., MSi pada sambutannya.
“Kami selalu berusaha memberikan program yang berdampak pada masyarakat. Walaupun tahun depan ada sekitar 1 triliun anggaran untuk Aceh dipotong oleh Pemerintah Pusat namun tidak menjadi masalah untuk pengembangan pemuda Aceh.
Ia menambahkan, basis dasar dari ekonomi kreatif adalah kreasi atau karya. Misalnya kuliner bisa ditransformasikan dengan kreasi yang berbeda, tampilan yang baru dan cara promosi yang baru.
Menurutnya, segala sesuatu yang berbeda dengan sentuhan baru adalah rumpun ekonomi kreatif. Pemerintah Aceh akan berkonsentrasi mengenai sektor ini kedepan.
“Disetiap kesempatan pemerintah Aceh menyampaikan bahwa kemiskinan menjadi target untuk diturunkan selalu. Kedepan ekonomi kreatif menjadi alternatif ekonomi Aceh bisa tumbuh, ini kita jadikan peluang dan tantangan,” ujar Masri.
Kedepan, Masri menyebut akan mengusahakan kegiatan seperti ini menjadi agenda tahunan dengan format yang berbeda hingga jika memungkinkan diadakan di kabupaten/kota di Aceh.
Pembukaan kegiatan ini berjalan meriah dengan antusias peserta dan penampilan dari Wonderlustdance menampilkan tarian sahara yang merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif.





