SinarPost.com, Banda Aceh – Berbagai musibah dalam bentuk bencana alam telah menimpa umat manusia di muka bumi ini, baik gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.
Musibah atau bencana adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh umat manusia karena mendatangkan kerusakan, kerugian hingga kematian. Namun yang namanya musibah, manusia tidak dapat menolaknya karena ia datang sebagai bentuk kuasa Allah SWT.
Dalam sudut pandang Islam, musibah dimaknai sebagai ujian dari Allah SWT yang menyimpan banyak hikmah. Umat Islam juga mengimani bahwa musibah adalah cara Allah mengingatkan manusia yang mungkin saja telah jauh dari-Nya.
Menurut Prof. Dr. Fauzi Saleh, S.Ag., Lc., MA, musibah adalah cara Allah menguji umat manusia dengan tujuan meningkatkan derajat manusia itu sendiri. Dengan memberikan ujian, Allah mengangkat harkat dan martabat kita.
“Seandainya anda bersabar maka kita akan mendapatkan kenikmatan samudera yang tidak bertepi,” demikian disampaikan Prof Fauzi Saleh dalam acara puncak peringatan 16 Tahun Tsunami Aceh yang dilangsungkan di Stadion Harapan Bangsa Banda Aceh, Sabtu (26/12/2020).
Terkait musibah Tsunami yang menerjang Aceh 16 tahun silam, Guru Besar Ilmu Fiqih UIN Ar-Raniry itu menyatakan bahwa Tsunami adalah tanda-tanda. Banyak makna luar biasa yang bisa dipetik, di antaranya adalah kesabaran.
“Hari lalu saat Tsunami dan hari ini saat pandemi, kita harus sabar. Sabar adalah sesuatu yang harus dibuat tanpa keluhan dan berkeluh kesah,” kata Dosen pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat itu.
Buah dari kesabaran masyarakat Aceh, menurut Fauzi Saleh telah menampakkan hasil. Dimana 16 tahun pasca Tsunami melanda Aceh, berbagai kemajuan telah terlihat. Dia berharap musibah baik Tsunami maupun pandemi bisa terus memupuk kebersamaan dan meningkatkan kedamaian di antara sesama masyarakat.
Lebih jauh Fauzi juga mengingatkan bahwa di tengah pandemi seperti saat ini, memilih takdir menjadi suatu keharusan. Takdir, kata dia, seumpama orang yang menggembala. Ia mengumpamakan sebuah lahan yang satu sisinya hijau dan gersang di sisi lainnya.
“Menggembala di lahan hijau dan gersang adah takdir yang dipilih. Maka kemudian di sinilah ada yang namanya ikhtiar. Tidak ada yang sia-sia ketika seorang manusia berusaha,” kata Fauzi Saleh.
“Sehat adalah mahkota yang baru terasa ketika kesehatan tidak ada lagi. Dengan usaha kita Allah menjauhkan dari penyakit,” pungkas Guru Besar Ilmu Fiqh pada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry tersebut.