Mahfud MD Sebut Prabowo Menang di Provinsi Garis Keras Seperti Aceh, Ini Penjelasannya

Mahfud MD.

SINARPOST.COM, JAKARTA | Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD saat ini sedang hangat diperbincangkan. Hal ini tidak terlepas dari pernyataannya yang menyebut Capres 02, Prabowo Subianto menang di provinsi-provinsi garis keras seperti Aceh, Jabar, Padang dan Sulawesi Selatan (Sulses).

Pernyataan Mahfud soal ‘provinsi garis keras’ pertama kali mencuat ketika ia diwawancara di salah satu stasiun televisi. Video potongan wawancara yang berdurasi 1 menit 20 detik lalu beredar di media sosial.

Pernyataan Mahfud MD dalam wawancara itu intinya menegaskan bahwa kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019 sulit dimentahkan. Hanya saja saat ini harus segera dilakukan rekonsiliasi. Pasalnya, di beberapa provinsi yang agak panas, Jokowi kalah.

“Tempat kemenangan Pak Prabowo itu diidentifikasi yang dulunya dianggap provinsi garis keras dalam hal agama, misal Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan sebagainya, Sulawesi Selatan juga,” kata Mahfud MD.

Saat pernyataannya itu menjadi viral dan mendapat kritikan pedas dari berbagai pihak terutama kubu Prabowo, Mahfud pun buka suara dan menjelaskan maksud dibalik ‘provinsi garis keras’.

Lewat akun twitter pribadinya, @mohmahfudmd, ia menjelaskan bahwa garis keras itu sama dengan fanatik atau sama dengan sikap kesetiaan yang tinggi. “Itu bukan hal yang dilarang, itu term politik. Sama halnya dengan garis moderat, itu bukan hal yang haram. Dua-duanya boleh dan kita bisa memilih yang mana pun. Sama dengan bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau,” urai Mahfud.

Mahfud juga menyontohkan daerah asalnya, Madura. “Dalam term itu saya juga berasal dari daerah garis keras di Madura. Madura itu sama dengan Aceh dan Bugis, disebut fanatik karena tingginya kesetiaan kepada Islam sehingga sulit ditaklukkan. Seperti halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adalah istilah-istilah yang biasa dipakai dalam ilmu politik,” ujar Mahfud.

Mahfud MD memberi penjelasan tersebut untuk merespon cuitan mantan Staf Khusus Menteri ESDM Muhammad Said Didu, Minggu (28/4/2019), yang memintanya membeberkan indikator untuk provinsi garis keras. Said, yang lewat cuitan itu menyatakan diri berasal dari Sulawesi Selatan, bertanya apa indikator yang digunakan sehingga menuduh warga Sulsel adalah orang-orang garis.

“Kami orang Sulsel memang punya prinsip SIRI untuk menjaga kehormatan. Inikah yang dianggap keras?” demikian cuitan Said Didu.

[Sumber : Tempo]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *