Bukan Hanya di Aceh, Ustaz Firanda Juga Ditolak di Daerah Lain, Kenapa?

Ustaz Firanda. @YouTube

SINARPOST.COM, BANDA ACEH | Pembubaran kajian keagamaan yang di isi oleh Ustaz Firanda di Masjid Al-Fitrah, Keutapang II, Banda Aceh, pada Kamis (13/6/2019) malam masih menjadi pembicaraan di media sosial facebook. Pro kontra tidak terhindarkan, meski mayoritas masyarakat Aceh menolak kehadiran Ustaz Firanda yang dinilai mengembangkan paham wahabi, namun tidak sedikit yang membelanya.

Para loyalis yang sepaham dengan Ustaz Firanda tentu membelanya habis-habisan dengan berbagai argument, termasuk menyerang kelompok yang membubarkan pengajian Ustaz Firanda dengan kalimat tidak berakhlak, tidak toleran, dan lain sebagainya. Mereka tidak habis fikir kenapa sekaliber Ustaz Firanda diusir saat datang ke Aceh, padahal di Arab Saudi dia menjadi penceramah tetap di Masjid Nabawi, Madinah.

Baca: Wahabi, Alasan Pengajian Ustaz Firanda Dibubarkan di Aceh

Terlepas dari pro kontra yang terjadi di Masjid Al-Fitrah Banda Aceh, ternyata penolakan terhadap Ustaz Firanda di Aceh bukanlah yang pertama. Ada banyak daerah lainnya di Indonesia yang telah lebih dahulu menolak kehadiran sosok penceramah bernama lengkap Dr. Firanda Andirja Abidin, Lc., M.A itu.

Berdasarkan penelusuran Sinarpost.com, selain Aceh, daerah-daerah lain di Indonesia yang pernah menolak kedatangan Ustaz Firanda adalah Samarinda (Kalimantan Timur), Tegal (Jawa Tengah), dan Malang (Jawa Timur). Umat Islam yang berlatar NU dan Aswaja menolak kehadiran Ustaz Firanda di daerah tersebut karena ceramahnya yang dinilai kontroversi. Menurut mereka, Ustaz Firanda seringkali menyakiti umat Islam yang tidak segolongan dengannya seperti menghina dan memfitnah Habib, mengkafirkan ulama besar Aswaja semisal Syekh Sayyid Muhammad bin Alwy Al Maliky, Habib Jufri, dan Habi Umar bin Hafidz.

Para tokoh agama yang berpaham Aswaja disana menilai, safari dakwah Ustaz Firanda dan koleganya yang dinilai berpemahaman wahabi, dengan menyerang praktik keagamaan dan ulama Aswaja dapat membahayakan kerukunan umat Islam dan keutuhan NKRI.

Sementara pembicaraan yang berkembang di kalangan masyarakat Aceh, penolakan atas kehadiran dan ceramah Ustaz Firanda karena yang bersangkutan juga dinilai berpemahaman wahabi, sebuah ajaran yang bertolak belakang dengan masyarakat Aceh yang menganut paham Ahlulsunnah Waljamaah (Aswaja).

Pada awalnya kalangan ulama dayah Aceh tidak terlalu mempermasalahkan munculnya kelompok penganut paham wahabi yang sering mendakwahkan dirinya sebagai golongan pencinta sunnah, tidak ada persoalan selama mereka masih mengikuti para salafus shalih dalam menyikapi perbedaan pendapat.

Namun keberadaan paham tersebut mulai ditentang saat para penganutnya mulai menghantam praktik keagamaan yang selama ini dijalankan di Aceh. Kelompok yang dijuluki wahabi ini juga dinilai mulai terang-terangan menyesatkan dan membid’ahkan praktik keagamaan yang tidak sejalan dengan pemahaman mereka, seperti menganggap syirik atau bid’ah terhadap peringatan maulid, yasinan, tahlilan dan lain sebagainya.

Benarkah Ustaz Firanda seorang Wahhabisme? Benar atau tidaknya dia seorang wahabi, menurut hasil lacakan di google, Ustaz Firanda disebut diterima di Arab Saudi dengan menjadi penceramah tetap di Masjid Nabawi, Madinah. Namun demikian Ustaz Firanda di beberapa daerah di Indonesia justru ditolak kehadirannya lantara pendapatnya yang kontroversi dengan pemahaman Aswaja. Dia dinilai juga terlalu mudah “mengkafirkan” dan “membid’ahkan” tokoh Ahlulsunnah Waljamaah serta beberapa praktik pengamalan syariah seperti yang telah disinggung di atas.

Biografi Ustaz Firanda

Ustaz Firanda memiliki nama lengkap Firanda Andirja Abidin. Dia lahir di Surabaya pada 28 Oktober 1979. Firanda menjalani masa pendidikan dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sorong, Papua.

Setelah menamatkan SMA, Firanda masuk ke Universitas Gajah Mada (UGM) dengan mengambil jurusan Teknik Kimia. Lantaran lebih tertarik mendalami ilmu agama, Firanda hanya bertahan empat semester di UGM. Lalu dia masuk ke Pondok Pesantren Jamilurrahman, Bantul, Yogyakarta. Disini Firanda hanya menimba ilmu agama selama 1,5 tahun. 

Kemudian pada tahun 2000 Firanda lulus seleksi ke Universitas Islam Madinah. Di Madinah dia menyelesaikan Strata Satu (S-1) hingga gelar Doktor (S-3).

Karena kecerdasannya, Ustaz Firanda semasa kuliah di Madinah sering dipercaya untuk mengisi kajian Islam di berbagai masjid sekitar kampus. Bahkan, dia bisa mengisi sejumlah pengajian rutin berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi. Di tanah air, Firanda juga kerap mengisi tabligh akbar hingga menjadi pengisi ceramah tetap di radio Rodja.

Namun dalam penyampaian dakwahnya, Ustaz Firanda kerap mengkritik ulama Ahlulsunnah Waljamaah (Aswaja) serta  beberapa praktik keagamaan seperti menganggap syirik atau bid’ah ziarah kubur, tawassul, maulid, yasinan, dan tahlilan. Apa yang disampaikan Ustaz Firanda tentu bertentangan dengan pemahaman Ahlulsunnah Waljamaah yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia selama ini. Alhasil Ustaz Firanda dianggap beraliran wahabi dan hendak mengembangkannya di Indonesia.

Apa itu Wahabi?

Dikutip dari Wikipedia, Wahabi adalah sebuah aliran reformasi keagamaan dalam Islam. Aliran ini berkembang dari dakwah seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahab yang berasal dari Najd, Arab Saudi. Aliran ini digambarkan sebagai sebuah aliran Islam yang “ultrakonservatif” dan “keras”.

Pendukung aliran ini percaya bahwa gerakan mereka adalah “gerakan reformasi” Islam untuk kembali kepada “ajaran monoteisme murni”, kembali kepada ajaran Islam sesungguhnya, yang hanya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, bersih dari segala “ketidakmurnian” seperti praktik-praktik yang mereka anggap bid’ah, syirik dan khurafat. Sementara penentang ajaran ini menyebut Wahabi sebagai “gerakan sektarian yang menyimpang”, “sekte keji” dan sebuah distorsi ajaran Islam.

Wahhabisme merupakan aliran Islam yang dominan di Arab Saudi. Wahabi berkembang di dunia Islam, termasuk di Indonesia melalui pendanaan masjid, sekolah dan program sosial. Dakwah utama Wahhabisme adalah Tauhid yaitu Keesaan dan Kesatuan Allah, serta mempertanyakan interpretasi Islam dengan mengacu langsung pada Al-Qur’an dan Hadits.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *