SinarPost.com, Bireuen – Abudin (67) seorang pria yang sudah setengah dari hidupnya bekerja sebagai Petani di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen, duduk diam dengan secangkir kopi di sudut warung, di matanya ada sesuatu yang berbeda pada Minggu tenang menjelang hari Pencoblosan Pilkada Tahun 2024
Abudin merasa Minggu Tenang kali ini menjadi Minggu yang gelisah, meskipun tak ada lagi perdebatan terbuka tentang siapa yang lebih pantas memimpin Kabupaten Bireuen, ketegangan terasa menggantung di udara. Pemilihan Kepala Daerah yang akan digelar besok adalah Pilkada yang sangat ramai, dalam ingatannya dan yang paling brutal kondisinya menurut hasil Laporan sosial media yang beredar di smartphone miliknya.
Setiap kali ia melintas ke tempat orang nongkrong di Desanya, mereka yang mendukung calon yang berbeda, ada rasa canggung yang tak bisa dihindari. Seperti ada dinding tak terlihat yang memisahkan mereka, dinding yang terbentuk oleh pilihan politik.
“Besok sore Ada yang menangis karena calon mereka kalah, ada juga yang menutup diri setelah janji-janji yang tak terpenuhi, sementara kami, yang tak punya pilihan selain bertahan dengan pekerjaan sebagai Petani ini, hanya bisa menunggu siapa yang akan menang,” ungkap Abudin kepada sinarpost.com pada Selasa 26 November 2024 pagi dengan suara serak, seolah melontarkan beban yang selama ini ia tahan.
Di balik kegaduhan itu, Pilkada serentak ini tetap menjadi momen yang diharapkan membawa perubahan, Abudin mengaku ia tak pernah absen mencoblos.
“Kalau kepala daerah yang terpilih nanti benar-benar memperhatikan rakyat, itu kan untuk masa depan anak-anak saya juga,” katanya dengan senyum tipis (TRD)