SinarPost.com – Serangan balasan terbatas yang dilancarkan Israel ke Iran pada Sabtu (26/10/2024) dini hari ternyata tidak memuaskan kalangan oposisi negara itu. Banyak politisi dari kalangan oposisi Israel yang mengecam serangan balasan terhadap Iran semalam sebagai tindakan balas dendam yang lemah.
Mengutip dari The Time of Israel, pemimpin Oposisi Israel, Yair Lapid mengatakan, Iran seharusnya “membayar harga yang jauh lebih mahal” daripada kerusakan yang disebabkan oleh serangan Israel semalam, yang hanya menimbulkan kerusakan terbatas.
Lapid menginginkan serangan skala besar yang menargetkan semua pangkalan militer Iran, situs nuklir, hingga instalasi minyak, untuk membayar harga mahal atas serangan rudal besar-besaran yang diluncurkan Iran terhadap Israel pada 1 Oktober lalu.
Dalam tulisannya di X, Lapid mengatakan, “keputusan untuk tidak menyerang target strategis dan ekonomi di Iran adalah salah,” seraya menambahkan bahwa Iran memimpin “poros kejahatan” dan harus “membayar harga yang mahal atas tindakan agresifnya.”
Politisi lain di Israel juga menyesalkan serangan terbatas yang dilakukan rezim militer Israel terhadap Iran, yang oleh Teheran menyebut hanya menimbulkan kerusakan kecil pada beberapa pangkalan militernya.
Ketua Partai Yisrael Beytenu, Avigdor Liberman, seorang mantan menteri pertahanan yang beraliran garis keras, mengatakan bahwa Iran akan terus berusaha memperoleh senjata nuklir dan mengirimkan keuntungan dari penjualan minyaknya kepada proksi-proksinya.
Liberman mengecam Pemerintah Israel karena “sekali lagi memuaskan dirinya sendiri dengan tindakan hubungan masyarakat”, sebuah bahasa sindiran yang menyiratkan rezim berkuasa Israel hanya ingin menunjukkan ke publik bahwa serangan balas dendam yang berani telah diluncurkan.
Tally Gotliv dari Partai Likud Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan serangan terbatas Israel mencerminkan “penyerahan diri kepada pemerintahan Biden (Presiden AS)” dan kesempatan yang hilang untuk menggagalkan kemampuan nuklir Iran.
Serangan balasan Israel, yang dikatakan hanya menewaskan dua tentara Iran, menargetkan pertahanan udara dan instalasi militer di bebarapa wilayah Iran – khususnya lokasi yang digunakan untuk memproduksi dan meluncurkan rudal balistik dan pesawat nirawak – tetapi bukan lokasi nuklir atau fasilitas minyak.
Pemerintah Iran telah mengeluarkan pernyataan ke publik bahwa serangan tersebut hanya menyebabkan kerusakan terbatas pada pangkalan militer karena sistem pertahanan udara berhasil menangkis sebagian besar rudal yang diluncurkan oleh Israel.
Kerusakan yang minim ini juga menjadi sinyal bahwa rezim Israel melakukan serangan terbatas terhadap beberapa situs militer untuk menghindari serangan lebih lanjut dari Angkatan Bersenjata Iran, seperti yang dilakukan beberapa minggu lalu dengan menembakkan sekitar 200 rudal balistik yang menghantam beberapa pangkalan militernya secara bertubi-tubi.
Presiden AS Joe Biden, yang berkoordinasi erat dengan Israel dalam menanggapi serangan balasan itu, telah menyuarakan penentangan terhadap serangan terhadap situs nuklir dan lading minyak Iran. Sebuah sumber informasi yang dikutip di The Washington Post mengatakan serangan itu dikalibrasi untuk meminimalkan korban dan mencegah eskalasi lebih lanjut dengan Teheran.
Namun Washington menegaskan sepenuhnya siap untuk sekali lagi mempertahankan Israel terhadap serangan apa pun dari Iran,” kata pejabat yang dikutip Washinton Post, merujuk pada pengerahan sistem pertahanan rudal THAAD AS baru-baru ini ke Israel.
“Ini seharusnya menjadi akhir dari baku tembak langsung antara Israel dan Iran,” kata pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa “Israel telah menjelaskan kepada dunia bahwa tanggapannya kini telah tuntas.”
Pejabat tersebut meminta “semua negara yang berpengaruh untuk menekan Iran agar menghentikan serangan terhadap Israel sehingga dapat menghentikan siklus serangan langsung ini dalam beberapa hari mendatang dan terhindar dari perang skala penuh.”