Oleh : Tgk. Umar Rafsanjani*
Musannif dan Sanusi adalah sosok yang diwarisi semangat perjuangan dari darah ulama besar Aceh, Abu Hasan Krueng Kalee, yang merupakan kakeknya. Dalam sejarah perjuangan Aceh, Abu Hasan Krueng Kalee dikenal sebagai seorang ulama berpengaruh yang memiliki pemikiran cemerlang.
Saat Tgk. Daud Beureueh mengajak Aceh untuk bergabung dengan Indonesia, Abu Hasan Krueng Kalee memiliki pandangan berbeda. Beliau menganjurkan agar Aceh berjuang secara independen dan berdiri sendiri sebagai sebuah entitas yang merdeka. Namun, pandangan ini tidak diikuti oleh Daud Beureueh, dan setelah beberapa waktu, Daud Beureueh menyesali keputusannya karena tidak mendengar nasihat dari Abu Hasan.
Warisan pemikiran yang cemerlang dan visi kebebasan ini tampaknya mengalir dalam diri Musannif dan Sanusi. Sebagai cucu dari Abu Hasan Krueng Kalee, Musannif membawa semangat perjuangan yang tak lepas dari nilai-nilai keislaman yang dipegang teguh oleh kakeknya.
Oleh karena itu, sangat wajar dan layak jika Musannif Sanusi diberikan kesempatan untuk memimpin Aceh Besar sebagai bupati. Jiwa ulama yang ada dalam dirinya menjadi modal kuat untuk memimpin dengan bijaksana dan visioner, menjaga identitas Aceh yang berakar pada tradisi Islam dan sejarah perjuangan.
Pasangan Musannif dan Sanusi Hasyim, juga dikenal sebagai figur yang memiliki semangat besar dalam membangun daerah. Dengan jaringan yang kuat, termasuk hingga ke pusat pemerintahan di Jakarta, Sanusi Hasyim dapat menjadi mitra yang tepat dalam membangun Aceh Besar.
Kombinasi antara jiwa ulama dalam diri Musannif dan semangat perjuangan serta kemampuan membangun yang dimiliki Sanusi Hasyim menjadikan pasangan ini pilihan yang ideal untuk memimpin Aceh Besar menuju masa depan yang lebih baik, sejalan dengan cita-cita para pendahulu mereka.
*Penulis adalah Guru Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee 2007-2009, dan saat ini memimpin Dayah Mini Aceh, Alue Naga.