Foto: Petugas tanggap darurat Pertahanan Sipil Lebanon membawa seorang pria yang terluka setelah pager genggamnya meledak di kota pelabuhan selatan Sidon, Lebanon, Selasa (17/9/2024). (AP Photo)
SinarPost.com – Lebanon sedang mengalami serangan siber mematikan yang menyasar alat komunikasi pager. Dilaporkan, rentetan ledakan pager terjadi di seluruh Lebanon yang tampaknya dilakukan Israel untuk untuk melumpuhkan perangkat komunikasi Hizbullah.
Melansir dari Al-Jazeera, setidaknya sembilan orang telah tewas dan 2.750 orang terluka akibat ledakan pager yang digunakan oleh anggota Hizbullah dan warga Lebanon di seluruh bagian negara itu pada Selasa (17/9/2024).
Pager atau radio panggil adalah alat komunikasi yang populer di era tahun 90-an yang dipakai untuk mengirim dan menerima pesan pendek. Beberapa orang juga menyebutnya dengan istilah beeper karena suara khasnya.
Kelompok Hizbullah yang menguasai Lebanon selatan menuduh Israel berada dibalik serangan massal terhadap perangkat komunikasi tersebut. Hizbullah mengatakan Israel bertanggung jawab penuh atas ledakan pager mematikan ini.
Belum ada komentar langsung dari Israel yang telah terlibat permusuhan panjang dengan kelompok yang didukung Iran tersebut. Tudingan terhadap Israel link alternatif keju4d dibalik serangan tersebut masuk akal karena negara Zionis itu tengah terlibat perang disepanjang perbatasan dengan Hizbullah sejak dimulainya perang di Gaza Oktober tahun lalu.
Israel juga dikenal piawai dalam hal perang siber dan sabotase, dimana entitas yang menjadi musuh-musuhnya kerap mengalami serangan moderen yang menyasar perangkat lunak, situs militer, dan perangkat komunikasi.
Ledakan ribuan perangkat komunikasi di Lebanon telah menyebabkan kerusakan besar pada kemampuan operasional Hizbullah, kata seorang mantan komandan militer Israel. “Ini adalah kesempatan untuk mengubah dinamika konflik dengan Hizbullah saat ini,” katanya.
Channel 14 Israel mengutip pernyataan Yiftah Ron-Tal, seorang jenderal cadangan utama di tentara Israel. Menurut surat kabar Haaretz, para pejabat senior Israel telah mengadakan rapat darurat di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv untuk membahas mengenai kemungkinan Hizbullah melancarkan serangan balasan.
“Para pejabat diminta untuk memberikan pilihan dalam mengatasi situasi keamanan yang meningkat dengan Hizbullah di utara,” katanya.
Sekutu sekaligus pelindung utama Israel, Amerika Serikat (AS) mengatakan pihaknya tidak mengetahui dan tidak terlibat dalam ledakan massal pager yang menargetkan anggota militer Hizbullah Lebanon.
“Saya dapat memberitahu Anda bahwa AS tidak terlibat di dalamnya, AS tidak mengetahui insiden ini sebelumnya dan, pada saat ini, kami sedang mengumpulkan informasi,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan.
Secara khusus, Miller meminta Hizbullah dan Iran untuk menghindari tindakan yang bisa meningkatkan ketegangan lebih arah setelah ledakan massal alat komunikasi tersebut. “Kami mendesak Iran untuk tidak mengambil keuntungan dari insiden apa pun untuk mencoba menambah ketidakstabilan dan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan,” kata Miller.
Sementara Iran mengutuk keras “serangan teroris” terhadap alat komunikasi di Lebanon. “Kami melaporkan bahwa Duta Besar Iran untuk Lebanon, Mojtaba Amani, terluka ringan akibat ledakan pager elektronik,” ujar Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi, dalam panggilan telepon dengan timpalannya dari Lebanon.
“Iran mengutuk keras serangan teroris tersebut dan berterima kasih kepada Lebanon karena segera memberikan perawatan medis kepada Amani,” sambung Araqchi sebagai yang dilaporkan media pemerintah Iran.
Mohamad Elmasry, seorang profesor di Doha Institute, mengatakan serangan jaringan komunikasi bisa menjadi tanda serangan yang lebih besar terhadap Hizbullah.
Menurutnya, meskipun tujuan serangan terhadap perangkat komunikasi tersebut masih belum jelas hingga saat ini, namun hal tersebut bisa menjadi awal dari operasi militer yang lebih besar terhadap Hizbullah.
Dia menilai, serangan massal terhadap perangkat komunikasi bisa menjadi sinyal akan adanya invasi besar. Dalam hal ini invasi yang akan dilancarkan Israel terhadap Hizbullah dan Lebanon selatan.
“Akan menarik untuk melihat apa yang dilakukan Hizbullah dari sini. Hal ini mengganggu jaringan komunikasi mereka. Selama beberapa bulan terakhir mereka telah menggunakan kurir, jadi apakah mereka akan kembali menggunakan kurir, dan sejauh mana hal itu mempengaruhi kemampuan mereka untuk berperang melawan Israel?” Elmasry mengatakan kepada Al-Jazeera.
“Menurut saya, apa yang ingin Anda lakukan sebelum invasi besar-besaran adalah menonaktifkan atau mengganggu jaringan komunikasi musuh. Saya pikir kita harus mencermati apa yang terjadi selama beberapa jam ke depan dan mungkin beberapa hari ke depan,” pungkasnya.